Halaman

r

Kamis, 13 Desember 2012

SINGA PUN MALU

          Seorang raja sedang berada duduk santai di lantai atas istana. Ia memandang ke suatu tempat. Di tempat itu sang raja melihat seorang perempuan yang berada di atas loteng rumahnya. Wanita itu sangat cantik dan menawan. Raja berkata kepada para adipatinya,
"Perempuan di atas loteng itu istri siapa?" Mereka berkata,
     "Istri pelayanmu, Baginda, yaitu si Feruz."
Raja turun dari istana lantai atas dalam keadaan diliputi oleh rasa cinta yang membara pada perempuan itu.

          Tidak lama kemudian raja memanggil pelayannya yang bernama Feruz. "Feruz!" panggil raja.
"Ada apa wahai tuanku?!" Jawab Feruz.
"Ambil surat ini dan bawa ke daerah anu serta tunggu jawabannya!"
Feruz segera menerima surat tersebut dan pulang ke rumahnya. Setibanya di rumah, ia meletakkan surat tersebut di bawah bantal di kamar tidurnya. Ketika hari sudah menjelang fajar, ia segera berkemas untuk pergi. Dan setelah subuh, Feruz pamitan kepada istrinya untuk melakukan perjalanan dalam rangka memenuhi perintah raja. Feruz sama sekali tidak mengerti taktik apa yang di mainkan oleh raja.

          Setelah tahu Feruz telah berangkat, raja pun pergi ke rumah Feruz. Ia mengetuk pintu perlahan lahan. Istri Feruz bertanya dari dalam, "Siapa di luar?"
raja pun menjawab, "Saya sang raja, majikan suamimu". Istri Feruz buru buru membuka pintu dan mempersilahkan raja masuk ke dalam.
Istri Feruz bertanya, "Tidak biasanya saya melihat tuan datang ke rumahku?!"
"Saya datang untuk mengunjunginya" jawab raja.
"Saya memohon lindungan dari Allah atas kunjunganmu seperti ini. Saya pikir kunjunganmu ini tidak mengandung kebaikan sama sekali."
"Lho, sepertinya kamu tidak tahu siapa aku? Saya ini kah raja dan majikan suamimu!" Kata raja.
"O, tentu saja saya tahu sekali, wahai tuanku! engkau adalah raja dan majika suamiku. Namun, apa yang engkau lakukan sama seperti yang digambarkan oleh para penyair tempo dulu."

            Aku akan meninggalkan air kalian
            tanpa akan mengunjunginya
            karena banyak yang mendatanginya
            jika se-ekor lalat jatuh di atas makanan
            tanganku ku angkat
            walaupun nafsuku meng-inginkannya
            singa singa akan menjauhi tempat genangan air
            jia telah dijilat oleh anjing anjin 

"Sebenarnya," kata istri Feruz, "Engkau wahai baginda raja, mendatangi tempat minum anjingmu itu!"

         Mendengar perkataan tersebut sang raja merasa malu. Lalu ia keluar dari rumah Feruz dan meninggalkan wanita itu. Saking terliputi oleh rasa malu, sang raja lupa pada sandalnya sehingga tertinggal di rumah Feruz.

         Adapun Feruz, ketika ia telah pergi dari rumahnya sudah cukup jauh untuk melaksanakan perintah raja, dirinya kehilangan surat itu. Ia menggeledah semua bawaannya namun tidak menemukannya. Tiba tiba ia teringat bahwa surat itu tertinggal di rumah di bawah bantal di kamar tidurnya. Ia segera kembali ke rumahnya. Feruz sampai ke rumahnya tidak terlalu lama setelah sang raja pulang dari rumah itu, di depan rumahnya Feruz menemukan sandal sang raja. Ia tahu ternyata raja mengutus dirinya untuk mengantar surat itu mempunyai niat tidak baik. Feruz tidak banyak bicara dan tidak menampakkan perubahan apapun. Ia masuk ke dalam rumah dan langsung mengambil surat. Setelah surat diambil, dia langsung berangkat untuk memberikan surat kepada orang yang dituju. Setelah itu ia kembali ke kediaman raja dan melaporkan bahwa ia telah menyampaikan surat tersebut serta menyampaikan surat balasannya.

          Setelah Feruz menyampaikan laporan atas tugasnya, sang raja memberikan uang kepadanya sebanyak seratus dinar. Ia pun pergi ke pasar dan membelikan sesuatu yang sangat disenangi oleh istrinya. Feruz membeli hadiah khusus untuk istrinya. Ia segera pulang ke rumahnya untuk menemui istrinya. Setelah mengucapkan salam dan masuk ke dalam rumah, Feruz berkata kepada istrinya.
"Sekarang kamu kunjungi rumah tuanmu!"
"Lho, untuk apa saya harus kesana?" Tanya istrinya dengan nada heran. Feruz berkata,
"Saya mendapat hadiah yang cukup banyak dari raja dan saya ingin kamu memberitahukan kepada keluargamu."
Maka wanita tersebut berangkat menuju ke tempat orang tuanya.

           Sesampainya di rumah orang tuanya, Istri Feruz disambut dengan rasa bahagia oleh mereka. Mereka sangat senang atas apa yang dibawanya. Selama satu bulan istri Feruz berada di tempat orang tuanya. Ia tidak pernah ditanyakan dan di ingat ingat oleh suaminya. Suatu saat adiknya menemui Feruz dan berkata,
"Kalau boleh tahu, apa penyebab kemarahanmu kepada istrimu? Atau kita meminta keputusan kepada raja?"
Feruz menjawab,
"Jika engkau mau mengambil jalan secara hukum, silahkan! Sebab, tidak ada hak dia yang saya langgar!"
Keluarga istri Feruz meminta agar urusannya diselesaikan secara hukum.

           Feruz pergi bersama keluarganya untuk menemui hakim yang saat itu sedang duduk di samping sang raja. Saudara laki laki istri Feruz berkata,
"Tuan hakim, saya menyewakan sebuah kebun kepada orang ini. Kebun itu normal dan memiliki sumur yang berair banyak. Pohon pohon di dalamnya sangat lebar dan berbuah. Ia memakan buah buahnya namun merobohkan pagarnya dan merusak sumurnya."
Hakim berkata,
"Feruz, bagaimana?"
Feruz berkata,
"Pak hakim, benar sekali saya telah menerima kebun tersebut dan menerimanya dengan baik baik"
Hakim bertanya,
"Apakah kebun tersebut diterima olehmu dalam keadaan sepert semula?"
Feruz menjawab,
"Benar sekali. Namun, sekarang saya ingin menjelaskan penyebab diserahkan kembali kebun ini."
Hakim bertanya,
"Apa penyebabnya silahkan kamu kemukakan."
Feruz berkata,
"Pak hakim yang mulia, demi Allah saya tidak mengembalikan kebun ini karena membencinya. Namun, suatu hari saya datang ke kebun itu. Di sana saya menemukan bekas seekor singa. Saya menjadi takut singa itu membenci saya. Maka saya "Mengharamkan" diri  masuk ke dalam kebun ini karena menghormati singa itu."
Saat itu raja sedang duduk sambil bersendar ke kursi. Lalu bangun secara tiba tiba dan berkata, 
"Wahai anak muda, kebalilah engkau ke kebunmu! demi Allah singa itu hanya masuk ke kebun dan tidak melakukan apa apa, tidak sehelai daun pun yang diambil dan tidak ada satu buah pun yang dipetik. Singa itu pun tidak lama berdiam di dalam kebun. Ia keluar tanpa melakukan apapun. Sebab, singa itu tidak pernah menemukan kebun seperti kebun itu. Pagar kebun itu sangat kuat melindungi pohon pohonnya."
Mendengar perkataan raja, Feruz pulang ke rumahnya dan menerima kembali istrinya. Hakim dan yang lainnya tidak paham maksud dan perkataan Feruz dan raja tadi. Mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.


Selasa, 11 Desember 2012

TAUBAT

              Malik bin Dinar adalah seorang laki-laki yang sangat gagah rupawan, gemar bersenang-senang dan memiliki harta berlimpah-limpah. Ia tinggal di daerah Damaskus dimana golongan Mu'awiyah telah membangun sebuah masjid yang besar dan mewah.
Malik ingin sekali diangkat sebagai pengurus masjid tersebut. Pada masa itu, orang yang menjadi pengurus masjid adalah jabatan yang terpandang.


Maka pergilah ia ke masjid tersebut.
Di pojok ruangan masjid dibentangkannya sajadah dan di situlah selama setahun penuh ia melakukan ibadah sambil berharap agar setiap orang akan melihatnya sedang melakukan shalat.

"Alangkah munafiknya aku ini," ia selalu mencerca dirinya sendiri.
Setahun telah berlalu.
Apabila hari telah malam, Malik keluar masjid itu dan pergi bersenang-senang.

Pada suatu malam, ktika ia sedang asyik menikmati musik sementara teman-temannya telah tertidur, tiba-tiba saja dari kecapi yang sedang ia mainkan terdengar suara,
"Hai Malik, mengapakah engkau belum juga bertobat?"
Mendengar kata-kata yang sangat menggetarkan hati ini, Malik segera saja melemparkan kecapinya dan berlari menuju masjid.

Di dalam masjid ia berbicar kepada dirinya sendiri.
"Selama setahun penuh aku menyembah Allah secar munafik. Bukankah lebih baik aku menyembah Allah dengan sepenuh hati? Aku malu. Apa yang harus aku lakukan? Seandainya orang-orang hendak mengangkatku sebagai pengurus masjid aku tidak akan menerimanya. Akhirnya ie melakukan ibadah dengan khusyuk kepada Allah SWT. Pada malam itulah untuk pertama kalinya ia shalat dengan penuh keikhlasan.

Pada keesokan harinya, seperti biasa orang-orang berkumpul di depan masjid.
"Hai, lihatlah dinding masjid telah retak-retak," kata mereka.
"Kita harus mengangkat seorang pengawas untuk memperbaiki masjid ini."

Maka mereka sepakat yang paling tepat menjadi pengawas masjid adalah Malik.
Segera mereka mendatangi Malik yang ketika itu sedang shalat. Sementara Malik sendiri karena saking khusyuknya ia tidak tahu jika beberapa orang sedang menunggunya.
Begitu shalat Malik selesai, mereka berkata,
"Kami datang untuk memintamu agar sudi menerima pengangkatan kami ini."

"Ya Allah...." seru Malik karena terkejut.
"Selama setahun penuh aku menyembah-Mu secara munafik dan tak ada seorang pun yang memandang diriku. Kini setelah aku berikan jiwaku kepada-Mu dan bertekad bahwa aku tidak menginginkan pengangkatan atas diriku, Engkau malah menyuruh 20 orang menghadapku untuk mengalungkan tugas tersebut ke leherku. Demi Kebesaran-Mu, aku tidak menginginkan pengangkatan atas diriku ini."

Malik berlari meninggalkan masjid itu kemudian menyibukkan diri untuk beribadah kepada Allah SWT dan menjalani hidup prihatin serta penuh disiplin.
Ia menjadi seorang yang terhormat dan shalih.

Sabtu, 24 November 2012

PEDAGANG

            Dikisahkan, ada seorang pedagang yang kaya raya dan berpengaruh di
kalangan masyarakat. Kegiatannya berdagang mengharuskan dia seringkeluar kota. Suatu saat, karena pergaulan yang salah, dia mulai berjudi
dan bertaruh. Mula-mula kecil-kecilan, tetapi karena tidak dapat
menahan nafsu untuk menang dan mengembalikan kekalahannya, si
pedagang semakin gelap mata, dan akhirnya uang hasil jerih payahnya
selama ini banyak terkuras di meja judi. Istri dan anak-anaknya
terlantar dan mereka jatuh miskin. Orang luar tidak ada yang tahu
tentang kebiasaannya berjudi, maka untuk menutupi hal tersebut, dia
mulai menyebar fitnah, bahwa kebangkrutannya karena orang
kepercayaan, sahabatnya, mengkhianati dia dan menggelapkan banyak
uangnya. Kabar itu semakin hari semakin menyebar, sehingga sahabat
yang setia itu, jatuh sakit. Mereka sekeluarga sangat menderita, disorot
dengan pandangan curiga oleh masyarakat disekitarnya dan dikucilkan
dari pergaulan. Si pedagang tidak pernah mengira, dampak
perbuatannya demikian buruk. Dia bergegas datang menengok sekaligus
memohon maaf kepada si sahabat "Sobat.
Aku mengaku salah! Tidak seharusnya aku menimpakan perbuatan
burukku dengan menyeba fitnah kepadamu.
Sungguh, aku menyesal dan minta maaf. Apakah ada
yang bisa aku kerjakan untuk menebus kesalahan yang telah
kuperbuat?" Dengan kondisi yang semakin lemah, si sahabat berkata,
"Ada dua permintaanku. Pertama, tolong ambillah bantal dan bawalah
ke atap rumah. Sesampainya di sana, ambillah kapas dari dalam bantal
dan sebarkan keluar sedikit demi sedikit ".

Walaupun tidak mengerti apa arti permintaan yang aneh itu,
demi menebus dosa, segera dilaksanakan
permintaan tersebut. Setelah kapas habis di sebar, dia kembali menemui
laki-laki yang sekarat itu. "Permintaanmu telah aku lakukan, apa
permintaanmu yang kedua?" "Sekarang, kumpulkan kapas-kapas yang
telah kau sebarkan tadi", kata si sahabat dengan suara yang semakin
lemah. Si pedagang terdiam sejenak dan menjawab dengan sedih, "Maaf
sobat, aku tidak sanggup mengabulkan permintaanmu ini. Kapas-kapas
telah menyebar kemana-mana, tidak mungkin bisa dikumpulkan lagi".
"Begitu juga dengan berita bohong yang telah kau sebarkan, berita itu
takkan berakhir hanya dengan permintaan maaf dan penyesalanmu saja"
kata si sakit "Aku tahu. Engkau sungguh sahabat sejatiku. Walaupun
aku telah berbuat salah yang begitu besar tetapi engkau tetap mau
memberi pelajaran yang sangat berharga bagi diriku. Aku bersumpah,
akan berusaha semampuku untuk memperbaiki kerusakan yang telah
kuperbuat, sekali lagi maafkan aku dan terima kasih sobat". Dengan
suara terbata-bata dan berlinang air mata, dipeluklah sahabatnya.
Seperti kata pepatah mengatakan, fitnah lebih kejam daripada
pembunuhan. Kebohongan tidak berakhir dengan penyesalan dan
permintaan maaf. Seringkali sulit bagi kita untuk menerima kesalahan
yang telah kita perbuat. Bila mungkin, orang lainlah yang menanggung
akibat kesalahan kita. Kalau memang itu yang akan terjadi , lalu untuk
apa melakukan fitnah yang hanya membuat orang lain
menderita.tentu… 
Jauh lebih nikmat bisa melakukan sesuatu yang membuat  orang lain berbahagia.

 ANDRIE WONGSO

KEPITING

             Saat menjelang malam hari di tepi pantai, terlihat para nelayan
melakukan kegiatan yakni menangkap kepiting yang biasanya keluar
dari sarang mereka di malam hari. Kepiting-kepiting yang ditangkap
oleh nelayan, sebagian kecil akan menjadi lauk santapan sekeluarga,
sebagian besar akan di bawa ke pengumpul atau langsung ke pasar untuk
di jual. Para nelayan itu memasukkan semua kepiting hasil tangkapan
mereka ke dalam baskom terbuka. Menariknya, baskom tersebut tidak
perlu diberi penutup untuk mencegah kepiting meloloskan diri dari situ.
Ada yang menarik dari tingkah laku kepiting-kepiting yang tertangkap
itu. Mereka sekuat tenaga selalu berusaha keluar dengan menggunakan
capit-capitnya yang kuat, tetapi jika ada seekor kepiting yang nyaris
meloloskan diri keluar dari baskom, teman-temannya pasti akan
berusaha keras menarik kembali ke dasar baskom. Begitulah seterusnya,
sehingga akhirnya tidak ada seekor kepiting pun yang berhasil kabur dari
baskom, sebab itu lah para nelayan tidak membutuhkan penutup untuk
mencegah kepiting keluar dari baskom. Dan kemudian mati hidupnya si
kepiting pun ditentukan keesokan harinya oleh si nelayan.

Sungguh menarik kisah dari sifat kepiting tadi, mengingatkan kita pada
kehidupan manusia. Kadang tanpa disadari, manusia bertingkah laku
seperti kepiting di dalam baskom. Saat ada seorang teman berhasil
mendaki ke atas atau berhasil mencapai sebuah prestasi, yang
seharusnya kita ikut berbahagia dengan keberhasilan itu, tetapi tanpa
sadar, kita justru merasa iri, dengki, marah, tidak senang, atau malahan
berusaha menarik atau menjatuhkan kembali ke bawah. Apalagi dalam
bisnis atau bidang lain yang mengandung unsur kompetisi, sifat iri, tidak
mau kalah akan semakin nyata dan bila tidak segera kita sadari, kita
telah menjadi monster, mahluk yang menakutkan yang akhirnya akan
membunuh hati nurani kita sendiri.
Gelagat manusia yang mempunyai sifat seperti halnya sifat kepiting
yaitu :
Selalu sibuk merintangi orang lain yang akan menuju sukses sehingga
lupa berusaha untuk memajukan diri sendiri. selalu mencari dan
menyalahkan pihak di luar dirinya
Tidak perlu cemas dengan keberhasilan orang lain, tidak perlu ada
menyimpan iri hati apalagi tindakan yang bermaksud menghalangi
teman atau orang lain agar mereka tidak maju. Buang pikiran negatif
seperti itu! Karena sesungguhnya, di dalam persaingan bisnis atau
persaingan di bidang apapun, tidak peduli berakhir dengan kemenangan
atau kekalahan, masing2 dari kita mempunyai hak untuk sukses! Jika
kita bisa menyadari bahwa ! Success is our right, sukses adalah hak kita
semua! Maka secara konsekwen kita bisa menghargai setiap keberhasilan
orang lain, bahkan selalu siap membantu orang lain utk mencapai
kesuksesannya. Untuk itu, dari pada mempunyai niat menghalangi atau
menjatuhkan orang lain, jauh lebih penting adalah kita siap berjuang
dan sejauh mana kita sendiri mengembangkan kemampuan dan potensi
kita seutuhnya. Sehingga hasil yang akan kita capaipun akan maksimal
dan membanggakan!

ANDRIE WONGSO

Rabu, 07 November 2012

SEPOTONG ROTI

        Tiga orang musafir menjadi sahabat dalam suatu perjalanan yang jauh dan  melelahkan; mereka bergembira dan berduka bersama, mengumpulkan kekuatan dan tenaga bersama.

Setelah berhari-hari lamanya mereka menyadari bahwa yang mereka miliki tinggal  sepotong roti dan seteguk air di kendi. Mereka pun bertengkar tentang siapa yang berhak memakan dan meminum bekal tersebut. Karena tidak berhasil mencapai kesepakatan, akhirnya mereka memutuskan untuk membagi saja makanan dan  minuman itu menjadi tiga. Namun, tetap saja mereka tidak sepakat.

Malam pun turun, salah seorang mengusulkan agar tidur saja. Kalau besok mereka  bangun, orang yang telah mendapatkan mimpi yang paling menakjubkan akan menentukan apa yang harus dilakukan.

Pagi berikutnya, ketiga musafir itu bangun ketika matahari terbit.

"Inilah mimpiku," kata yang pertama. "Aku berada di tempat-tempat yang tidak bisa digambarkan, begitu indah dan tenang. Aku berjumpa dengan seorang bijaksana yang
berkata kepadaku, 'Kau berhak makan makanan itu, sebab kehidupan masa lampau dan masa depanmu berharga, dan pantas mendapat pujian."

"Aneh sekali," kata musafir kedua. "Sebab dalam mimpiku, aku jelas-jelas melihat  segala masa lampau dan masa depanku. Dalam masa depanku, kulihat seorang lelaki  maha tahu berkata, 'Kau berhak akan makanan itu lebih dari kawan-kawanmu, sebab kau lebih berpengetahuan dan lebih sabar. Kau harus cukup makan, sebab kau ditakdirkan untuk menjadi penuntun manusia."

Musafir ketiga berkata, "Dalam mimpiku aku tak melihat apa pun, tak berkata apa pun. Aku merasakan suatu kekuatan yang memaksaku bangun, mencari roti dan air  itu, lalu memakannya di situ juga. Nah, itulah yang kukerjakan semalam."
 Mohammad Gwath Syatari

RAKSASA DAN GURU SUFI

         Al kisah ada seorang Guru Sufi sedang bepergian ke suatu tempat. Selang beberapa hari sampailah ia  di daerah pegunungan yang gersang dan tandus, tiba-tiba muncul sosok raksasa jahat menghadangnya, dan berkata "Akan kuhabisi nyawamu," ancam makhluk itu.

"Begitukah? Coba kalau bisa," jawab Sang Guru Sufi itu, "Aku lebih kuat dari yang kau kira, dan aku akan mengalahkanmu."

"Jangan banyak bicara," hardik raksasa itu. "Kau seorang Guru Sufi, hanya mengerti hal-hal spiritual. Mana mungkin kau bisa mengalahkanku, sebab tenagaku dahsyat dan aku tiga puluh kali lebih besar darimu,"

"Kalau kau benar benar mau mengadu kekuatan, Mari kita lihat siapa yang bisa memeras air dari batu." Tantang si Guru Sufi.

Diambilnya batu kecil dan diberikannya kepada setan itu. Betapa kerasnya mencoba, raksasa itu gagal. "Hal itu mustahil, tak ada air dalam batu ini. Tunjukkan padaku jika memang bisa."

Dalam keadaan remang-remang, guru itu menggenggam batu itu, mengambil sebutir telur dari sakunya, lalu membenturkan keduanya; ia bersikap seolah-olah sedang memeras batu. Raksasa itu ternganga: sebab orang sering kali takjub pada hal-hal yang tak mereka pahami, dan benar-benar menilainya tinggi, lebih tinggi dari semestinya.

"Aku harus memikirkan kembali peristiwa ini," kata raksasa itu, "Singgahlah sebentar saja di guaku, malam ini kujamu kau!"

Sang Sufi mengikutinya ke sebuah gua yang luas sekali, penuh dengan barang-barang berharga milik ribuan musafir yang terbunuh oleh raksasa itu, laksana keadaan dalam gua Aladin.

"Berbaring dan tidurlah di sampingku," kata raksasa itu, "Besok pagi baru kita berbincang-bincang." Makhluk itu juga berbaring dari sekejap tertidur pulas.

Guru itu—menyadari adanya muslihat—bergegas bangkit dan bersembunyi di tempat yang aman dari raksasa itu. Sebelumnya, ia mengatur tempat tidurnya agar tampak seakan ia masih rebah.

Tidak lama kemudian, raksasa itu bangun. Dengan sebelah tangan, dipungutnya batang pohon yang ada di dekat tempat itu, lalu tiba-tiba dihantamkannya batang pohon itu sebanyak tujuh kali dengan keras pada sosok di tempat tidur sang Sufi. Kemudian, ia tidur lagi.

Guru itu kembali ke tempatnya, berbaring, dan berseru pada raksasa itu, "Hoi raksasa! Memang gua ini nyaman, tetapi seekor nyamuk telah menggigitku tujuh kali. Lakukanlah sesuatu untuk menangkap nyamuk itu."

Keluhan ringan tersebut menggentarkan si raksasa dan muncul keraguan untuk menyerang Sufi itu lagi. Bagaimanapun, bila seorang dipukul tujuh kali sekuat tenaga dengan batang pohon oleh raksasa, orang itu seharusnya sudah...

Pagi harinya, raksasa itu melemparkan sebuah kantong air dari kulit lernbu pada Sang Sufi lalu berkata, "Pergilah mengambil air untuk sarapan, supaya kita bisa minum teh."

Alih-alih menggunakan kantong air itu (yang tentu sangat berat untuk diangkat), guru itu berjalan ke sungai yang terdekat dan mulai menggali saluran kecil menuju gua.

Raksasa sudah kehausan, dan bertanya "Mengapa kau tidak bawa airnya?"

"Bersabarlah, temanku. Aku sedang membuatkanmu saluran air. Dengan begitu, air segar akan langsung menuju mulut gua, dan kau tidak usah lagi minum air dari kulit lembu."

Tetapi raksasa itu pun sudah terlampau haus untuk menunggu. Ia pergi ke sungai dan mengisi sendiri kantong airnya. Ketika teh selesai dibuat, ia minum beberapa galon, dan kemampuan berpikirnya jadi lebih baik. "Jikalau kau memang demikian perkasa—dan sudah kusaksikan itu—tak sanggupkah kau menggali saluran itu secepat mungkin, bukannya jengkal demi jengkal?"

"Sebab," kilah guru itu, "Sesuatu yang berharga barulah sungguh-sungguh berharga bila dilakukan dengan upaya sekecil mungkin. Semua hal punya ukuran upaya masing-masing. Dan aku melakukan upaya seminim mungkin untuk menggali saluran ini. Lagipula, aku tahu bahwa kau adalah mahluk yang terpenjara dalam kebiasaan sehingga kau akan selalu menggunakan kantor air dari kulit lembu."
REPUBLIKA

Selasa, 30 Oktober 2012

PENGADUAN SEORANG NASRANI

         
          Diceritakan oleh Bilal r.a. : Pada suatu hari kami berada di rumah Abubakar Assiddiq bersama Rasulullah dan tiba tiba terdengar ada yang mengetuk pintu rumah dari luar. Aku bangun untuk membuka pintu dan aku melihat seorang Nasrani berdiri di depanku ingin masuk menemui Rasulullah Saw.
Setelah masuk dan berhadapan dengan Rasulullah, berkatalah Nasrani itu,
"Hai Muhammad! engkau mengaku bahwa engkau adalah utusan Allah. Kalau memang demikian, tolonglah aku terhadap orang yang telah mengzalimi
 aku dan mengambil hartaku."
"Siapakah orang itu?" tanya Rasulullah.
"Abu Jahal Bin Hisyam!" jawab si Nasrani.
Rasulullah segera bangkit menuju rumah Abu Jahal tanpa menghiraukan peringatanku bahwa saat itu adalah saat orang lagi tidur siang dan sebaiknya ditunda lain waktu agar tidak menimbulkan kemarahan dan gangguan Abu Jahal.

          Setibanya Rasulullah di rumah Abu Jahal, Ia langsung menemui Rasulullah dengan wajah yang muram karena dikagetkan dengan ketukan pintu selagi Ia tidur. Rasulullah berkata kepadanya dengan tegas dan keras,
"Apakah benar engkau telah mengambil harta orang Nasrani ini? Kembalikan lah segera!"
Abu Jahal menjawab Rasulullah dengan mengatakan,
"Apakah untuk perkara ini engkau sampai rela datang ke rumahku? mengapa tidak mengutus orang saja untuk memanggilku ?, aku pasti datang menemui mu!"
Dan dengan rasa takut Abu Jahal mengembalikan semua harta milik si Nasrani itu.
Setelah orang Nasrani itu menerima kembali hartanya yang dirampas, Rasulullah bertanya kepadanya,
"Apakah hartamu sudah kembali semua?"
"Ya, kecuali satu buah keranjang," jawab si Nasrani.
"Keluarkanlah keranjang itu hai Abu Jahal!" perintah Rasulullah kepada Abu Jahal.
Karena keranjang tersebut telah hilang maka Abu Jahal pun menggantinya dengan keranjang yang lebih bagus dari kepunyaan si Nasrani.

          Berkata istri Abu Jahal kepada suaminya setelah selesai serah terima barang barang milik orang Nasrani dan setelah Rasulullah pergi meninggalkan tempat itu,
"Demi Tuhan engkau betul betul telah tunduk merendah dan teramat rendah kepada si yatim Abi Thalib itu, ada apa denganmu?"
Abu Jahal menjawab, "Seandainya engkau melihat apa yang aku lihat, niscaya engkau tidak akan berkata demikian."
"Apa yang engkau lihat?" tanya lagi si istri.
"Aku melihat ada dua ekor macan di pundak Muhammad yang siap menerkamku jika aku menolak permintaannya. karenanya aku terpaksa merendahkan diri dan menyerah pada perintahnya. Inilah yang aku alami pada saat itu, aku harap engkau merahasiakan kejadian ini, karena aku akan malu jika hal ini didengar oleh kaum ku.

           Setelah mengalami kejadian di atas, si Nasrani pun mendatangi Rasulullah untuk menyatakn ke Islamannya tanpa paksaan, Ia berkata,
"Hai Muhammad! Sekarang aku benar benar percaya bahwa engkau adalah utusan Allah dan Agamamu adalh Agama yang hak dan benar." Dan saat itu ia telah menjadi seorang muslim yang baik.

  

Senin, 22 Oktober 2012

ANJING DAN KUCING

       Nabi Nuh as. menumpangkan di kapalnya satu pasang dari tiap jenis mahluk yang berada di atas muka bumi, termasuk kucing dan anjing. Beliau mengadakan peraturan di atas kapal bahwa tiap pasang mahluk tidak dibolehkan bersetubuh. Ini untuk mencegah bertambahnya jumlah penumpang yang tidak dapat ditampung oleh ruangan kapal. Si anjing ternyata tidak dapat menahan diri dan dilanggarnya peraturan itu. Perbuatan anjing ini dilihat oleh kucing dan segera melaporkannya kepada nabi Nuh. Nabi Nuh pun segera memanggil anjing tersebut untuk dimarahi dan di beri peringatan. Berselang beberapa hari, si anjing merasa tak sanggup lagi untuk menahan dirinya dan melanggar aturan itu untuk yang kedua kalinya. Di kejauhan, diam diam si kucing ternyata melihat perbuatan anjing tersebut dan segera melaporkannya kepada nabi Nuh sambil berkata, "Hai Nabi Allah, mintalah dari Tuhan suatu isyarat yang memungkinkan engau melihat sendiri di waktu mereka melakukan hal yang telah engkau larang dalam peraturan yang engkau buat."

        Sewaktu sepasang anjing melakukan perbuatan yang dilarang tersebut untuk ketiga kalinya, Nabi Nuh melihat dengan mata kepalanya sendiri perbuatan terlarang itu, karena si anjing betina tidak dapat melepaskan diri dari si anjing jantan setelah selesai melakukan perkawinan. Si anjing merasa sangat jengkel atas ulah si kucing yang selalu memata matainya dan mencari cari kesalahannya sehingga si anjing harus menanggung malu yang teramat sangat. Atas sikap kucing tersebut, si anjing lalu memohon kepada Allah agar memberi balasan kepada si kucing yang telah membeberkan aibnya kepada yang lain sehingga ia harus menanggung malu.

        Demikianlah maka sebagai balasan atas perbuatan si kucing yang suka mencari cari kesalahan dan aib si anjing, maka menjadi ciri khas kucing betina jika bersetubuh selalu berteriak teriak sehingga di ketahui apa yang di perbuatnya.
Kisah kucing ini adalah sebagai perumpamaan dan contoh bagi anak adam bahwa barang siapa yang membuka rahasia dan aib saudaranya sesama mu'min, maka Allah akan membuka aibnya di hari kiamat kelak.

Sabtu, 20 Oktober 2012

MENOLAK JANDA

      Sebagian orang keturunan 'Alawi singgah di suatu daerah luar Arab.
Di daerah tersebut ia memiliki seorang istri yang masih keturunan 'Alawi dan beberapa anak perempuan. Keluarganya berada dalam kecukupan. Tidak berapa lama dia meninggal dunia sehingga istri dan anak anaknya jatuh pada kemiskinan.

      Suatu hari perempuan tersebut pergi keluar daerah untuk mengungsi
karena khawatir dirinya dan anak anaknya akan mendapatkan perlakuan tidak
baik dari orang jahat dan musuh.Ia memasukkan anak anaknya kedalam sebuah
bangunan bekas masjid yang sudah tidak di gunakan dan kosong. Hala itu Ia
lakukan karena saking dinginnya cuaca saat itu. Setelah memasukkan anak
anaknya kedalam masjid, ia keluar untuk mencari makanan. Saat itu ia
bertemu dengan dua orang laki laki. Salah satunya adalah seorang Muslim yang
merupakan Syekh di daerah. Sedangkan yang satunya lagi adalah laki laki
Majusi yang menjadi kepala daerah. Pertama ia menemui seorang syekh Muslim
dan menceritakan keadaan dirinya. Ia pun menyatakan bahwa dirinya adalah
keturunan 'Alawi yang saat ini sedang membutuhkan makanan. Syekh Muslim
berkata kepadanya, "Kemukakan bukti dan saksi bahwa engkau adalah wanita
"Alawi"!
Ia berkata, "Saya seorang wanita yang sedang merantau. Belum ada seorangpun
yag mengenaliku." Syekh Muslim tersebut berpaling dari wanita itu dan
meninggalkannya karena dia tidak dapat memberikan bukti dan saksi bahwa dirinya
adalah wanita berketurunan 'Alawi. Wanita itu merasa sedih atas perlakuan syekh
Muslim tadi. Lalu ia datang kepada seorang Majusi dan menceritakan tentang
keadaan dirnya. Setelah mendengar kabar tersebut, orang Majusi ini mengutus
salah seorang istrinya untuk membawa anak anak perempuan tersebut ke rumahnya.
Orang Majusi ini memberi makan kepada mereka dengan makanan yang enak.
Selain itu, Ia pun memberikan pakaian yang sangat bagus. Anak anak wanita
tersebut menginap di rumah orang Majusi itu dan mendapat perlakuan yang
sangat ramah.

     Ketika waktu telah masuk tengah malam, syekh Muslim yang menolak wanita
tadi bermimpi seolah olah kiamat telah terjadi. Bendera telah diacungkan di atas
kepala Rasulullah Saw. Dalam mimpi tersebut syekh Muslim tersebut melihat
sebuah gedung yang terbuat dari Zamrud hijau. Gedung ini penuh dengan
rangkain berlian dan yakut. Di dalam bangunan tersebut terdapat beberapa kubah
yang terbuat dari permata dan marfan. Ia bertanya,
"Untuk siapa gedung itu?"
Rasulullah Saw. bersabda, "Untuk orang Muslim yang bertauhid."
Syekh berkata, "Saya ini seorang Muslim yang bertauhid" Rasulullah Saw. berkata,
"Coba engkau kemukakan dalil dan bukti bahwa engkau seorang yang bertauhid."
Syekh Muslim tersebut kelimpungan. Lalu Rasulullah Saw. berkata,
"Ketika engkau didatangi oleh seorang wanita 'Alawi, engkau berkata kepadanya,
'Kemukakan bukti dan saksi bahwa engkau adalah wanita 'Alawi.' Sekarang engkau
buktikan dan tunjukkan bahwa engkau seorang Muslim!"
Ia bangun dari tidurnya dalam keadaan yang sangat sedih karena dirinya
telah menolak wanita tersebut.

     Keesokan harinya laki laki Muslim tersebut berkeliling kampung mencari
untuk mencari wanita itu. Dia menemukan kabar bahwa wanita tersebut berada di rumah
orang Majusi. Datanglah ia ke rumah orang Majusi dan berkata, "Saya bermaksud
mengambil wanita mulia itu dan anak anaknya."
"Tidak akan ku berikan kepadamu!"Kata orang Majusi itu. "Sebab saya telah mendapatkan
berkah dari mereka,"
"Saya bayar seribu dinar dengan syarat engkau menyerahkan mereka kepadaku" kata syekh
Muslim. Si Majusi berkata, "Saya tidak akan menyerahkannya"
Syekh Muslim itu berkata lagi, "engkau mesti menyerahkan mereka kepadaku.!"
Orang Majusi berkata, "Untuk perkara yang engkau inginkan itu saya lebih berhak.
Sedangkan gedung yang engkau lihat dalam mimpimu itu adalah dibuat untukku. Wanita
ini telah menunjukkanku pada Islam. Demi Allah, tidaklah saya tertidur tadi malam
melainkan saya dan keluargaku telah masuk Islam di atas tangan wanita yang mulia ini.
Dalam tidur, saya bermimpi seperti yang engkau mimpikan juga. Rasulullah Saw. berkata
kepadaku, 'benarkah wanita 'Alawi dan anak anaknya iu ada di rumahmu?' saya menjawab,
'Benar, wahai Rasulullah!'
Rasulullah Saw. berkata, "Gedung ini untukmu dan keluargamu.'Engkau dan orang orang
yang ada di rumahmu termasuk ahli surga. Sejak zali engkau telah digariskan untuk
menjadi orang yang beriman kepada Allah."
Mendengar perkataan orang Majusi tadi, Syekh Muslim berpaling dan meninggalkannya
sambil membawa rasa kecewa yang ukurannya tidak terukur kecuali oleh Allah Swt.

      Pembaca yang budiman, renungkan keutamaan dan berkah berbuat baik kepada
janda dan anak anak yatim! Renungkan pula bagaimana karamah yang timbul akibat
perbuatan itu.!

TEKAD KUAT

        Dikisahkan seorang pemuda miskin, demi memenuhi panggilan kerja
yang mendesak dan sesegera mungkin, dia harus menempuh perjalanan
cukup jauh ke luar kota. Dia tahu, mobil tua yang dimiliki sebenarnya
tidak layak digunakan untuk perjalanan jarak jauh, tetapi keadaan
memaksa, sehingga akhirnya diputuskan tetap berangkat dengan mobil
tua tersebut. Di tengah perjalanan yang sepi, senja berselimut kegelapan
tiba diiringi hujan yang turun dengan deras. Tiba-tiba yang dikuatirkan
terjadi juga, setelah beberapa kali terbatuk-batuk, mesin mobil akhirnya
mati.

         Segala usaha yang serba terbatas telah dilakukan, tetapi sia-sia
belaka, mobil tetap diam. Dikelilingi kegelapan malam, hujan dan badai
terasa semakin tidak bersahabat. Selama beberapa jam tidak ada mobil
yang melintas, si pemuda hanya bisa duduk termenung di dalam mobil
meratapi nasibnya. Tiba-tiba.... sekilas terlihat melalui kaca spion,
sorotan lampu mobil mendekat dan berhenti di belakang mobil si
pemuda. Diselimuti perasaan takut tetapi lebih pada rasa gembira, si
pemuda melihat pengendara mobil turun mendatangi jendela mobilnya.
Karena cuaca sangat gelap, hampir-hampir wajah si pengendara tidak
terlihat dengan jelas. "Mesin mobil saya mati!" serunya sambil
menurunkan kaca jendela mobil. Kemudian orang yang tidak dikenal itu
melangkah ke depan mobil dan membuka tutup mesin, mengulurkan
tangannya dan entah apa yang dilakukan, tidak lama kemudian dia
memberi isyarat agar memutar kunci kontak. Alangkah terkejut dan
mengherankan, mesin mobil hidup! Masih dengan rasa keheranan, si
pemuda berseru: "Saya tadinya kuatir, jangan-jangan mobil saya mogok
untuk terakhir kalinya". Orang tidak dikenal itupun menjawab dengan
tegas "Setiap mobil paling sedikit akan hidup sekali lagi bila diberi
perhatian yang semestinya". Tiba-tiba angin mereda, hujan berubah
rintik-rintik. Orang asing itu melanjutkankan perkataannya :
" Prinsip yang sama juga berlaku bagi manusia. Selama masih ada sedikit percikan
api, belum terlambat bagi seorang manusia untuk membuat awal yang
baru ". si pemuda tergesa-gesa mengucapkan banyak terima kasih dan
segera meneruskan sisa perjalanannya dan tiba ditempat yang dituju
dengan selamat.

          Memang, begitu penting sebuah percikan api untuk bisa
menghidupkan mobil, demikian pula di dalam kehidupan manusia,
percikan api bisa diartikan sebagai semangat, hasrat, niat atau tekad.
Bagi setiap manusia, siapapun dia, bagaimanapun keadaannya, selama
masih mempunyai percikan api yang berbentuk TEKAD, maka tiada
kata terlambat untuk memulai sebuah awal yang baru! Kebangkitan
baru! Dan menciptakan kesuksesan baru.!

ANDRIE WONGSO

Jumat, 19 Oktober 2012

SUKSES

         Di sebuah sekolah, seorang guru mendapat pertanyaan dari salah
seorang muridnya yang paling kritis. “Guru, apakah kami semua nanti bisa
sukses?” Sang guru tersenyum mendengar pertanyaan itu. Tak lama, ia
mengeluarkan uang senilai seratus ribu dari kantongnya. “Hayoo, siapa
yang mau uang ini?” Semua anak berebutan mengacungkan

tangannya.
Uang senilai itu bagi mereka sangat besar. Tiba-tiba, sang guru melipatlipat
dan meremas uang itu hingga kucel dan tidak karuan bentuknya. Ia
pun berujar lagi, ”Hayoo, siapa yang mau uang ini?” Walaupun merasa
heran dengan kelakuan gurunya, murid-murid tidak peduli, mereka
kembali mengacungkan jarinya, sambil berteriak ”Saya..saya..saya..”
Semua serempak mengajukan diri untuk mendapatkan uang itu. Melihat
antusiasme muridnya, sang guru kemudian menjatuhkan uang tersebut
ke lantai dan menginjak-injak uang itu hingga kecil, tidak karuan dan
kotor.

            Mendapati gurunya melakukan hal itu pada uang tersebut,
sebagian murid melongo. Mereka tak tahu apa maksudnya sang guru
menginjak-injak uang yang nilainya sangat besar bagi mereka itu. Guru
pun kembali bertanya, ”Hayoo, siapa yang masih menginginkan uang
ini?” Ternyata, meski uang itu menjadi jelek, kumal dan bahkan
bercampur sedikit lumpur yang berasal dari injakan sepatu guru, masih
banyak murid yang antusias mendapatkan uang tersebut. ”Aku
guru..aku..”
”Kalian tetap saja mau dengan uang ini? Kalian tidak
melihat betapa uang ini sangat kucel, jelek, kumal dan bau?” ”Jelek itu
kan hanya bentuknya saja guru. Tetapi saja uang itu nilainya seratus
ribu,” jawab murid-murid yang tetap antusias meminta gurunya
memberikan uang itu. Sang guru pun kemudian berujar, ”Kalian benar.
Meskipun sudah tidak karuan bentuknya, uang itu tetap berharga dan
kalian tetap ingin memilikinya. Nah, jika tadi ada pertanyaan, apakah
semua bisa sukses? Jawabannya sama seperti nilai uang ini. Dalam proses
menuju ke arah kesuksesan, kalian pasti akan mengalami berbagai ujian
dan cobaan, mungkin mengalami jatuh, diinjak, dan dilecehkan.
Walaupun begitu, nilai diri kalian tidak akan berubah. Semua tergantung
kalian sendiri, bisa menjaga nilai yang ada dalam diri kalian atau tidak.
Jika kalian mampu menghargai diri sendiri dan menentukan nilai diri,
dengan keyakinan, kerja keras dan semangat pantang menyerah, maka
sukses pasti kalian dapatkan.”

Tak peduli berbagai ujian, cobaan, halangan, dan tantangan yang menghadang,
jika kita punya satu nilai dalam keyakinan dalam diri, bahwa sukses adalah hak saya, maka jalan
kesuksesan pasti akan selalu terbuka. Karena itu, seberat apapun
perjuangan yang kita lakukan, seganas apapun padang gurun yang kita
harus lewati, setinggi apapun gunung yang akan kita daki, seluas apapun
samudra yang kita seberangi, tetaplah pelihara semangat ”Success is my
right!” Tanamkan dalam diri, dan teruslah bekerja keras untuk
mewujudkan semua mimpi. Harta tak ternilai itu ada dalam diri Anda.
Perjuangkan!!!

ANDRIE WONGSO

Selasa, 16 Oktober 2012

ORANG YANG DIMANDIKAN MALAIKAT

             Penduduk kota Mekah mendadak terbakar kebencian terhadap orang-orang Muslim karena kekalahan mereka di Perang Badar dan terbunuhnya sekian banyak pemimpin dan bangsawan mereka saat itu. Hati mereka membara dibakar keinginan untuk menuntut balas. Bahkan karenanya Quraisy melarang semua penduduk Mekah meratapi para korban di Badr dan tidak perlu terburu-buru menebus para tawanan, agar orang-orang Muslim tidak merasa diatas angin karena tahu kegundahan dan kesedihan hati mereka.
Hingga tibalah saatnya Perang Uhud. Di antara pahlawan perang yang bertempur tanpa mengenal rasa takut pada waktu itu adalah Hanzhalah bin Abu Amir. Ayahnya adalah seorang tabib yang disebut si Fasik.
Hanzhalah baru saja melangsungkan pernikahan. Saat mendengar gemuruh pertempuran, yang saat itu dia masih berada dalam pelukan istrinya, maka dia segera melepaskan pelukan istrinya dan langsung beranjak untuk berjihad. Saat sudah terjun kekancah pertempuran berhadapan dengan pasukan musyrikin, dia menyibak barisan hingga dapat berhadapan langsung dengan komandan pasukan musuh, Abu Sufyan bin Harb. Pada saat itu dia sudah dapat menundukan Abu Sufyan, namun hal itu diketahui oleh Syaddad bin Al-Aswad yang kemudian menikamnya hingga meninggal dunia sebagai syahid.
Tatkala perang usai dimana kaum muslimin menghimpun jasad para syuhada dan akan menguburkannya, mereka kehilangan usungan mayat Hanzhalah. Setelah mencari kesana kemari, mereka mendapatkannya di sebuah gundukan tanah yang masih menyisakan guyuran air disana.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam mengabarkan kepada para shahabatnya bahwa malaikat sedang memandikan jasadnya. Lalu beliau bersabda, "Tanyakan kepada keluarganya, ada apa dengan dirinya?"
Lalu mereka bertanya kepada istrinya, dan dikabarkan tentang keadaannya sedang junub saat berangkat perang. Dari kejadian ini Hanzhalah mendapatkan julukan Ghasilul Malaikat (Orang yang dimandikan malaikat).
 Sirah Nabawiyah, Syeikh Shafiyyur Rahman Al Mubarakfury

Senin, 15 Oktober 2012

OBAT PENYUBUR

        Seorang lelaki mendatangi seorang tabib dan mengeluhkan isterinya yang sudah lama belum juga bisa memberinya keturunan.
Setelah memeriksa denyut jantung si isteri, tabib berkata:
"Kamu tidak memerlukan obat penyubur. Sebab, berdasarkan pemeriksaan denyut jantung, empat puluh hari lagi engkau bakal meninggal."
Si isteri merasa ketakutan sekali mendengar keterangan tabib itu. Ia putus asa menjalani sisa kehidupan yang tinggal sebentar lagi. Akibatnya, ia tidak berselera makan dan minum.
Tetapi, sampai batas waktu empat puluh hari yang dikatakan sang tabib, ternyata ia masih hidup. Merasa penasaran, suaminya lalu menemui si tabib untuk menanyakannya.
"Tabib, isteriku belum meninggal," katanya.
"Aku tahu itu,"jawab tabib. "Bahkan, insya Allah sebentar lagi ia akan mengandung."
Sang suami yang sebenarnya sudah pasrah atas suratan takdir Allah itu menjadi tidak habis pikir dengan keterangan tabib.
"Apa maksud tabib? Bagaimana itu bisa terjadi?" tanyanya penasaran.
"Begini," kata tabib, "Dulu aku lihat istrimu kegemukan, banyak lemak yang mengganggu pada bibir rahimnya. Aku sengaja menakutinya dengan kematian supaya ia bisa kurus. Dan temyata berhasil, sehingga sesuatu yang menyebabkan ia tidak bisa melahirkan menjadi hilang."
 Sumber: al lhya' Ulum al Din, Imam al Ghazali

SURAT UNTUK TUHAN


         Lencho, seorang petani sederhana yang frustasi karena tanaman
jagung dan kacangnya habis digasak badai salju. Saking frustasinya,
akhirnya ia mengirim surat kepada Tuhan karena ia menganggap
hanya Tuhanlah yang bisa menolongnya dari ancaman kelaparan
tahun ini.
"Tuhan", tulisnya. "Kalau engkau tak menolongku, maka aku dan
keluargaku akan kelaparan tahun ini. Aku membutuhkan seratus
peso agar bisa menanami ladangku kembali dan menyambung
hidup sampai datangnya musim panen, karena badai itu...".
Ia lalu menuliskan "Buat Tuhan", di amplop, memasukkan lembar
surat ke dalamnya, dan membawanya ke kantor pos keesokan
harinya dengan tampang seperti seekor jago kalah perang.
Tukang pos yang membaca surat itu terbahak-bahak. Selama
kariernya sebagai pegawai pos, belum pernah tahu ia dimana
alamat Tuhan. Atasannya pun ikut tertawa, tapi segera serius
kembali begitu menyadari penulisnya tentu seseorang yang tebal
imannya kepada Tuhan. Kepala pos yang baik hati itu bermaksud
membalas surat aneh tersebut. Ia pun kemudian merelakan
sebagian gajinya. Sisanya dimintakan kepada anak buahnya
secara sukarela. Lantaran sulit mengumpulkan seratus peso,
maka apa boleh buat, tujuh puluh peso pun jadi. Lumayan buat
menghibur yang lagi duka nestapa.
Minggu berikutnya Lencho datang lagi ke kantor pos, menanyakan
apakah kiriman Tuhan telah sampai. Dengan puas si tukang pos
memberikannya. Lencho, yang begitu yakin akan kemurahan Tuhan,
tak tampak heran. Ketika membuka amplop wajahnya malah
kelihatan  kerut-marut. Ia lalu menulis lagi surat pendek, dan
seperti sebelumnya,  dimasukkannya surat itu ke dalam amplop.
Setelah ditulis alamat Tuhan,  ditempel perangko dan dimasukkan
ke dalam kotak surat, ia pun mencolot pulang. Kepala pos, yang
merasa bangga telah beramal, bergegas membukanya. Dalam
hati ia membaca, "Tuhan, dari jumlah  yang kuminta, hanya tujuh
puluh peso yang sampai di tanganku.  Kirimkanlah sisanya, sebab
aku sangat memerlukannya. Tapi jangan  Kau kirim melalui pos,

AL-BALKHI DAN SI BURUNG PINCANG

         Dikisahkan, pada zaman dahulu hidup seorang yang terkenal dengan kesalehannya, ia bernama al-Balkhi. Ia mempunyai seorang sahabat karib yang bernama Ibrahim bin Adham yang terkenal sebagai orang yang sangat zuhud. Orang orang biasa memanggil Ibrahim bin Adham dengan panggilan Abu Ishak.
Pada suatu hari, al-Balkhi berangkat ke negeri orang untuk keperluan dagang. Sebelum berangkat, tidak ketinggalan ia berpamitan kepada sahabatnya itu. Namun belum lama al-Balkhi meninggalkan tempat itu, tiba-tiba ia datang lagi. Sahabatnya pun menjadi heran, mengapa ia kembali begitu cepat dari yang direncanakannya. Padahal negeri yang ditujunya itu sangat jauh dan memakan waktu yang lama. Ibrahim bin Adham yang saat itu berada di masjid langsung bertanya kepada al-Balkhi, sahabatnya.                           "Wahai al-Balkhi sahabatku, mengapa engkau pulang begitu cepat?"                                                              
"Dalam perjalanan", jawab al-Balkhi, "aku melihat suatu keanehan, sehingga aku memutuskan untuk segera membatalkan perjalanan".
"Keanehan apa yang kamu maksud?" tanya Ibrahim bin Adham penuh rasa penasaran.
"Ketika aku sedang beristirahat di sebuah bangunan yang telah rusak", jawab al-Balkhi menceritakan, "aku memperhatikan seekor burung yang pincang dan buta. Aku pun kemudian bertanya-tanya dalam hati. "Bagaimana burung ini bisa bertahan hidup, padahal ia berada di tempat yang jauh dari teman-temannya, matanya tidak bisa melihat, berjalan pun ia tak bisa".
"Tidak lama kemudian", lanjut al-Balkhi, "ada seekor burung lain yang dengan susah payah menghampirinya sambil membawa makanan untuknya. Seharian penuh aku terus memperhatikan gerak-gerik burung itu. Ternyata ia tak pernah kekurangan makanan, karena ia berulangkali diberi makanan oleh temannya yang sehat".
"Lantas apa hubungannya dengan kepulanganmu?" tanya Ibrahim bin Adham yang belum mengerti maksud kepulangan sahabat karibnya itu dengan segera.
"Maka aku pun berkesimpulan", jawab al-Balkhi seraya bergumam, "bahwa Sang Pemberi Rizki telah memberi rizki yang cukup kepada seekor burung yang pincang lagi buta dan jauh dari teman-temannya. Kalau begitu, Allah Maha Pemberi, tentu akan pula mencukupkan rizkiku sekali pun aku tidak bekerja". Oleh karena itu, aku pun akhirnya memutuskan untuk segera pulang saat itu juga".
Mendengar penuturan sahabatnya itu, Ibrahim bin Adham berkata, "wahai al-Balkhi sahabatku, mengapa engkau memiliki pemikiran serendah itu? Mengapa engkau rela mensejajarkan derajatmu dengan seekor burung pincang lagi buta itu? Mengapa kamu mengikhlaskan dirimu sendiri untuk hidup dari belas kasihan dan bantuan orang lain? Mengapa kamu tidak berpikiran sehat untuk mencoba perilaku burung yang satunya lagi? Ia bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan kebutuhan hidup sahabatnya yang memang tidak mampu bekerja? Apakah kamu tidak tahu, bahwa tangan di atas itu lebih mulia daripada tangan di bawah?"
Al-Balkhi pun langsung menyadari kekhilafannya. Ia baru sadar bahwa dirinya salah dalam mengambil pelajaran dari kedua burung tersebut. Saat itu pulalah ia langsung bangkit dan mohon diri kepada Ibrahim bin Adham seraya berkata, "wahai Abu Ishak, ternyata engkaulah guru kami yang baik". Lalu berangkatlah ia melanjutkan perjalanan dagangnya yang sempat tertunda.

ANAK GADIS PEMERAH SUSU

             Pada masa pemerintahan Umar bin Khaththab hiduplah seorang janda miskin ditemani anak gadis semata wayangnya di sebuah gubuk tua di daerah pinggiran kota Mekah. Keduanya sangat giat beribadah dan giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Setiap pagi, setelah menunaikan salat subuh, keduanya memerah susu kambing di kandang. Penduduk kota Mekah banyak yang menyukai susu kambing wanita itu karena mutunya yang baik.
Pada suatu malam, Khalifah Umar ditemani pengawalnya berkeliling negeri untuk melihat dari dekat keadaan hidup dan kesejahteraan rakyatnya. Setelah beberapa saat berkeliling, sampailah khalifah di pinggiran kota Mekah. Beliau tertarik melihat sebuah gubuk kecil dengan cahaya yang masih tampak dari dalamnya yang menandakan bahwa penghuninya belum tidur. Khalifah turun dari kudanya, lalu mendekati gubuk itu. Samar-samar telinganya mendengar percakapan seorang wanita dengan anaknya.
"Anakku, malam ini kambing kita hanya mengeluarkan susu sedikit sekali. Ini tidak cukup untuk memenuhi permintaan pelanggan kita besok pagi," keluh wanita itu kepada anaknya.
Dengan tersenyum, anak gadisnya yang beranjak dewasa itu menghibur, "Ibu, tidak usah disesali. Inilah rezeki yang diberikan Allah kepada kita hari ini. Semoga besok kambing kita mengeluarkan susu yang lebih banyak lagi."
"Tapi, aku khawatir para pelanggan kita tidak mau membeli susu kepada kita lagi. Bagaimana kalau susu itu kita campur air supaya kelihatan banyak?"
"Jangan, Bu!" gadis itu melarang. "Bagaimanapun kita tidak boleh berbuat curang. Lebih baik kita katakan dengan jujur pada pelanggan bahwa hasil susu hari ini hanya sedikit. Mereka tentu akan memakluminya. Lagi pula kalau ketahuan, kita akan dihukum oleh Khalifah Umar. Percayalah, ketidakjujuran itu akan menyiksa hati."
Dari luar gubuk itu, Khalifah Umar semakin penasaran ingin terus mendengar kelanjutan percakapan antara janda dan anak gadisnya itu.
"Bagaimana mungkin khalifah Umar tahu!" kata janda itu kepada anaknya. "Saat ini beliau sedang tertidur pulas di istananya yang megah tanpa pernah mengalami kesulitan seperti kita ini?"
Melihat ibunya masih tetap bersikeras dengan alasannya, gadis remaja itu tersenyum dengan lembut dan berkata, "Ibu, memang Khalifah tidak melihat apa yang kita lakukan sekarang. Tapi Allah Maha Melihat setiap gerak-gerik makhluknya. Meskipun kita miskin, jangan sampai kita melakukan sesuatu yang dimurkai Allah."
Dari luar gubuk, khalifah tersenyum mendengar ucapan gadis itu. Beliau benar-benar kagum dengan kejujurannya. Ternyata kemiskinan dan himpitan keadaan tidak membuatnya terpengaruh untuk berbuat curang. Setelah itu khalifah mengajak pengawalnya pulang.
Keesokan harinya, Umar memerintahkan beberapa orang untuk menjemput wanita pemerah susu dan anak gadisnya untuk menghadap kepadanya. Beliau ternyata bermaksud menikahkan putranya dengan gadis yang menjunjung tinggi nilai nilai ke jujur itu.

Kamis, 11 Oktober 2012

PERKATAAN ORANG

            Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa pada suatu hari Luqmanul Hakim dan anaknya pergi ke pasar dengan menaiki seekor keledai sedangkan anaknya berjalan mengikutinya dari belakang. Melihat tingkah laku Luqman itu, orang-orang yang melihat mereka pun berkata,
"Lihatlah orang tua itu, sungguh tidak punya rasa kasihan, ia membiarkan anaknya berjalan kaki sedangkan ia duduk enak diatas punggung keledainya.”
Setelah mendengar suara suara sumbang dari orang-orang yang ada disekitar, maka Luqman pun turun dari keledainya itu lalu disuruhnya anaknya untuk naik di atas keledai itu. Melihat yang demikian, maka orang di pasar itu pun berkata,
“Lihatlah, betapa durhakanya anak itu, ayahnya dia biarkan berjalan kaki dibelakang sedangkan dirinya enak menaiki keledai, sungguh kurang adab anak itu."
Mendengar kata-kata orang di pasar itu, Luqman pun mengambil inisiatif untuk menunggangi keledai itu bersama-sama dengan anaknya. Kemudian orang orang yang melihat mereka pun ramai kini berkata lagi, “Lihatlah itu, dua orang menaiki seekor keledai, sungguh sangat menyiksa keledai itu.”
Kerana tidak suka mendengar percakapan orang-orang di pasar itu, maka Luqman dan anaknya turun dari keledai itu, kemudian mereka pun memikul keledai itu. Orang orang di pasar yang melihat kejadian itu tertawa terbahak bahak dan berkata,
"Lihatlah kedua orang itu, keledai itu harusnya mereka tunggangi, mereka malah membiarkan keledai itu menunggangi mereka, alangkah bodohnya.
Mendengar tawa orang orang atas mereka Luqman menurunkan keleda dan menariknya sambil berjalan. Terdengar lagi suara orang berkata, “Dua orang kok berjalan kaki, sedangkan keledai itu tidak dikenderai, betapa dungunya mereka”

          Dalam perjalanan pulang ke rumah, Luqmanul Hakim menasihatai anaknya tentang sikap manusia dan ocehan mereka, katanya, “Sesungguhnya tidak akan terlepas seseorang itu dari pergunjingan manusia. Dan hanya orang yang berakal yang akan mengambil pertimbangan hanya kepada Allah S.W.T saja.
Barang siapa mengenal kebenaran, itulah yang menjadi pertimbangannya dalam setiap urusan hidupnya.”
Kemudian Luqmanul Hakim berpesan kepada anaknya, katanya,
“Wahai anakku, tuntutlah rezeki yang halal supaya kamu tidak menjadi fakir. Sesungguhnya tiadalah orang fakir itu melainkan tertimpa kepadanya tiga perkara, yaitu tipis keyakinannya (iman) tentang agamanya, lemah akalnya (mudah tertipu dan diperdayai orang) dan hilang kemuliaan hatinya (keperibadiannya), dan lebih celaka lagi daripada tiga perkara itu ialah orang-orang yang suka merendah-rendahkan dan meringan-ringankannya.”

AHLI SURGA

       Suatu waktu ketika Rasulullah Saw. sedang duduk duduk bersama para sahabatnya, Rasulullah Saw. berkata, “Sebentar lagi, salah satu ahli surga akan melintas di hadapan kalian semua. Tidak lama berselang, seorang laki-laki dari kaum Anshar muncul dengan sisa air wudhu yang masih menetes dari janggutnya yang lebat. Ia menenteng terompah di tangan kirinya.

        Hari berikutnya, Rasulullah mengulang perkataan yang sama dan orang itupun kembali melintas seperti pada hari sebelumnya. Di hari ketiga, Rasulullah mengulang perkataannya lagi, dan kejadian itu kembali terulang. Mendengar ucapan Rasulullah, Abdullah bin Amr bergegas mengikuti lelaki yang dimaksud Rasulullah itu lalu berkata kepadanya,
“Aku bertengkar dengan ayahku, aku tidak akan menemuinya selama tiga hari, apakah engkau berkenan memberiku tempat menginap dirumahmu?” lelaki itupun menjawab, “Silahkan saja, dengan senang hati.”
Abdullah bin Amr pun menginap di rumah lelaki itu hingga tiga malam berlalu dan Abdullah belum melihat dari laki-laki itu melakukan amalan yang membuat laki laki itu pantas disebut sebagai penghuni surga. Abdullah pun memberanikan diri bertanya,
“Aku sudah tiga hari disini, namun aku tidak melihatmu mengerjakan amalan amalan yang istimewa dan membanggakan. Mengapa Rasul menyebutmu sebagai salah satu calon penghuni surga?”.
Lelaki itu menjawab, “Aku memang tidak melakukan amalan-amalan yang istimewa, tetapi sebelum tidur, aku selalu mengingat kesalahan-kesalahan saudaraku yang seiman, lalu aku berusaha untuk memaafkannya. Aku hilangkan rasa dengki dan iri didalam hatiku terhadap karunia Allah yang diberikan kepada saudaraku.”
Setelah mendengar itu, Abdullah pun berkata, “Ya, itulah yang menyebabkan engkau pantas disebut sebagai calon penghuni surga.”!

Selasa, 09 Oktober 2012

BURUNG GAGAK

         Pada suatu senja seorang tua bersama anaknya yang baru menamatkan pendidikan tinggi duduk bercengkrama di halaman rumah mereka sambil memperhatikan suasana di sekitar mereka.
Tiba-tiba datang seekor burung gagak hinggap di ranting pokok berhampiran. Si ayah langsung mengarahkan jari telunjuknya ke arah gagak sambil bertanya,
“Nak, apa itu yang barusan hinggap?”
“Burung gagak”, kata si anak.
Si ayah mengangguk-angguk, namun sejurus kemudian sekali lagi mengulangi pertanyaan yang sama. Si anak menyangka ayahnya kurang mendengar jawabannya tadi, lalu menjawab dengan sedikit kuat,
“Itu burung gagak, Ayah!”
Tetapi sejurus kemudian si ayah bertanya lagi pertanyaan yang sama.
Si anak merasa agak keliru dan sedikit bingung dengan pertanyaan yang sama diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih kuat,
“BURUNG GAGAK!!” Si ayah terdiam seketika.
Namun tidak lama kemudian sekali lagi sang ayah mengajukan pertanyaan yang serupa hingga membuat si anak hilang kesabaran dan menjawab dengan nada yang kesal kepada si ayah,
“Itu gagak, Ayah.” Tetapi agak mengejutkan si anak, karena si ayah sekali lagi membuka mulut hanya untuk bertanya hal yang sama. Dan kali ini si anak benar-benar hilang sabar dan menjadi marah.
“Ayah!!! Saya tak tahu Ayah paham atau tidak. Tapi sudah 5 kali Ayah bertanya soal hal tersebut dan saya sudah juga memberikan jawabannya. Apa lagi yang Ayah mau saya katakan????
Itu burung gagak, burung gagak, Ayah…..”, kata si anak dengan nada yang begitu marah.
Si ayah lalu bangun menuju ke dalam rumah meninggalkan si anak yang kebingungan.
Sesaat kemudian si ayah keluar lagi dengan sesuatu di tangannya. Dia mengulurkan benda itu kepada anaknya yang masih geram dan bertanya-tanya. Diperlihatkannya sebuah diary lama.
“Coba kau baca apa yang pernah Ayah tulis di dalam diary ini,” pinta si Ayah.
Si anak setuju dan membaca paragraf yang berikut.
“Hari ini aku di halaman melayani anakku yang genap berumur lima tahun. Tiba-tiba seekor gagak hinggap di pohon berhampiran. Anakku terus menunjuk ke arah gagak dan bertanya,
“Ayah, apa itu?”
Dan aku menjawab,
“Burung gagak.”
Walau bagaimana pun, anakku terus bertanya soal yang serupa dan setiap kali aku menjawab dengan jawaban yang sama. Sehingga 25 kali anakku bertanya demikian, dan demi rasa cinta dan sayangku, aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya.
Aku berharap hal ini menjadi suatu pendidikan yang berharga untuk anakku kelak.” Setelah selesai membaca paragraf tersebut si anak mengangkat muka memandang wajah si Ayah yang kelihatan sayu. Si Ayah dengan perlahan bersuara,
” Hari ini Ayah baru bertanya kepadamu soal yang sama sebanyak 5 kali, dan kau telah hilang kesabaran serta marah.”
Lalu si anak seketika itu juga menangis dan bersimpuh di kedua kaki ayahnya memohon ampun atas apa yg telah ia perbuat.
http://virouz007.wordpress.com

DISKUSI BURUNG

          Beberapa burung yang berlainan jenis dan karakter mengadakan pertemuan. Dalam pertemuan tersebut mereka sepakat bahwa harus ada raja yang memimpin mereka. Seluruh burung mufakat bahwa tidak ada yang pantas menjadi raja, kecuali burung rajawali. Burung burung tersebut mendengar kabar bahwa burung rajawali yang dimaksud berada di tempat yang sangat jauh. Namun, dorongan kerinduan mereka dan semangat mencari membulatkan tekad mereka serta tetap kukuh untuk pergi ke tempat burung Rajawali. Mereka sangat menginginkan lindungan dari burung rajawali. Mereka menginginkan untuk bisa berkumpul ramai ramai di tempat kediamannya. Mereka telah siap melayani sang raja burung rajawali. Kian hari bertambah, bertambah pula kerinduan dalam relung jiwa mereka. Mereka bersumpah, "Di tempat manapun engkau berada, kami akan tetap mencarimu, karena engkau adalah sang raja yang tiada tara!"

         Maka mereka terbang untuk mengunjungi tempat sang rajawali itu. Di tengah perjalanan mereka mendengar suara gaib, "Kalian jangan membinasakan diri kalian dengan tangan tanagan kalian, diamlah kalian di tempat, jangan meninggalkan tempat tinggal! Sebab, jika meninggalkan tempat tinggal, kalian akan bertambah repot dan akan menghadapi bahaya serta akan menghadapi kebinasaan."

         Ketika mendengar suara tersebut, rasa rindu mereka semakin menggila. Mereka tidak berhenti namun terus merambah hutan belantara untuk sampai pada tempat yang di tuju. Tiba tiba muncul suara,
"Di depan kalian ada hutan belantara, gunung yang tinggi, lautan yang ganas, lembah salju yang sangat dingin, dan tempat yang kadar panasnya tidak normal. Sudah barang tentu kalian tidak akan terhalang meraih apa yang di cita citakan. Kalian akan di jemput oleh kematian. Jadi yang aman bagi kalian adalah kembali ketempat semula!"
Namun, burung burung tersebut sama sekali tidak menghiraukan himbauan tersebut. Mereka tidak peduli sama sekali. Mereka melanjutkan perjalanan sambil bersenandung. Jika yang dicari sangatlah agung kecillah sudah semua rintangan.

         Kendaraan kesungguhan dan kebulatan hati mendorong mereka terus melangkah. Mereka telah terbelenggu oleh pelana rindu dan dikungkung oleh rasa asik yang tinggi. Mereka terus semangat mencari sang burung rajawali. Kondisi yang menggoncangkan menimpa mereka. Sebagian dari burung yang berasal dari daerah beriklim panas binasa ketika masuk ke daerah yang beriklim dingin. Sedangkan sebagian burung yang berasal dari daerah yang beriklim dingin mati di daerah yang beriklim panas. Mereka banyak yang tersambar oleh petir dan tersapu oleh angin topan. Sehingga, yang tersisa dan bisa sampai ke tempat sang rajawali tinggal sedikit jumlahnya.

        Akhirnya, burung burung yang tersisa sampailah di depan halaman kediaman burung rajawali itu. Mereka mencari perantara yang dapat menyampaikan tentang kedatangan mereka ke sang raja yang saat itu sedang berada di puncak benteng. Ia sedang dikelilingi oleh pengawalnya.
Burung burung itupun menemukan perantara yang dapat menghadap kepada sang raja untuk menyampaikan kabar kedatangan mereka. Setelah mendapat kabar kedatangan burung burung, Burung rajawali menyuruh untuk menanyakan maksud kedatangan mereka ke tempatnya.  Burung burung itu menjawab, "Kami datang untuk meminta Rajawali menjadi pemimpin kami." Lalu dikatakan kepada mereka, "kalian hanya merepotkan diri! kami sudah menjadi raja disini. Saya tidak butuh dengan kalian."
Ketika mendengar apa yang dikatakan oleh burung rajawali itu, mereka merasa kecewa. Mereka kebingungan, sulit , dan pusing. Namun mereka tidak patah semangat. Mereka berkata, "Tidak ada jalan untuk kembali. Kekuatan kita telah terkuras habis dan kita telah terhantam oleh cuaca. Kalau kita kembali, sama sekali tidak berarti. Kita harus tetap disini sampai kita mati!"

       Akhirnya burung burung itu diam didepan rumah sang raja. Beberapa diantara mereka ada yang tidak kuat dengan kelaparan, kepanasan, dan kedinginan sehingga mati. Ketika keputus asaan semakin mewabah kepada mereka, nafas nafas mereka sudah terasa sesak, tiba tiba mereka mendapat nafas kelegaan. "Tidak sepantasnya kalian putus asa. Sebab tidak ada yang putus asa dari rahmat Allah, kecuali mereka yang merugi. Jika rasa kaya diri mendorong rasa bangga, kemudian jiwa mendorong untuk toleran menerima. Setelah kalian tahu kadar ketidak mampuan untuk mengenalkan kekuasaan kami, merupakan keniscayaan kami menyambut kalian dan menempatkan kalian. Tempat ini adalah tempat kebahagiaan dan persinggahan kalian."
Dengungan kata kata diatas membuat burung burung tersebut merasa kegirangan tiada tara. Mereka merasa tentram dan merasa hidup kembali setelah terpuruk. Mereka yakin terhadap limpahan karunia dan merasa yakin menerima nikmat. Dan mereka bertanya tentang teman teman mereka yang tertinggal di perjalanan karena bencana. Bagaiman keadaan kaum yang terjegal oleh bencana dan terjebak dilembah lembah, sehingga mereka binasa? apakah darah mereka mendapatkan penghargaan ataukah sia sia?" Tanya mereka.

      "Orang yang keluar dari rumahnya untuk hijrah menuju Allah dan Rasul-nya, lalu dirinya terkena kematian, maka pahalanya tanggungan Allah." (QS An-Nisa:100).
      "Janganlah kalian menyatakan bahwa orang orang yang terbunuh di jalan Allah adalah mati, tetapi mereka adalh hidup" (QS Al-Baqarah:154).

         "Apakah ada jalan bagi kami untuk menyaksikan mereka?" tanya burung burung tersebut.
"Tidak ada, sebab kalian berada dalam hijab keagungan dan tutup kemanusiaan serta terlingkup oleh ajal. Jika kalian telah menghabiskan masa kalian  dan berpisah dari tempat kalian, maka kalian akan bisa bertemu dan mengunjunginya," Jawab sang rajawali.
Ketika burung tersebut mendengar perkataan rajawali dam merasa tenang dengan inayah yang sempurna, keyakinan dan kepercayaan mereka semakin sempurna. Mereka merasa tentram dan siap menghadapi hakikat hakikat keyakinan dengan kemampuan yang mendalam. 
 

          

Senin, 08 Oktober 2012

DIKIRA BUKAN PEJABAT

          Pada suatu malam Umar keluar rumah untuk mengontrol keadaan rakyatnya. Beliau sampai pada sebuah kemah yang jaraknya tidak kurang tiga mil dari Madinah. Kala itu beliau menemukan kemah kemah yang kelihatan api masih menyala. Ia menghampirinya. Setelah dekat dengan kemah tersebut, Umar melihat seorang perempuan yang dikelilingi nak anak kecil yang sedang menangis. Umar bertanya perihal mereka kepada perempuan itu. Perempuan tersebut menjawab, "Kami kedinginan dan kemalaman." Umar bertanya, "Ada apa dengan anak anak itu?". Perempuan itu menjawab, "Mereka menangis karena kelaparan." Umar bertanya, "Kalau diatas kuali itu apa?" wanita itu menjawab, "Air! saya membujuk mereka dengan air tersebut suoaya mereka dapat tidur." Lalu wanita itu berkata, "Umar itu sepertinya tidak mau peduli."
Wanita itu tidak tahu bahwa yang mengajak berbicara kepadanya adalah orang yang disebutkannya itu. Umar bertanya, "Kasihan sekali engkau. Bagaimana pandangan engkau tentang Umar?" Wanita itu menjawab, "Saya tidak tahu apakah dia mengurus kami atau tidak."

         Setelah mendengar jawaban wanita itu, Umar bergegas menuju ke Baitulmal. Ketika kembali lagi, dia memikul makanan dengan pundaknya sendiri. Ia memikul tepung dan minyak. Ia tidak mau ada orang lain yang menggantikannya. Malah, ketika ada seseorang yang menawarkan diri untuk mengangkat makanan tersebut, ia menyatakan bahwa pada hari kiamat dosa dirinya tidak akan ada yang bisa menanggung. Umar memasak makanan untuk anak anak kecil itu. Perempuan itu merasa aneh atas apa yang dilakukan oleh Umar dan berkata, "Semoga Allah membalas dengan kebaikan kepadamu. Demi Allah, yang lebih layak menjadi pemimpin adalah engkau bukan Umar."

Minggu, 07 Oktober 2012

ULAMA GALAK

            Abu Ghiyats Al-Zahid berada di sebuah pemakaman di daerah bukhara. Tidak lama kemudian dia pergi ke Madinah untuk mengunjungi saudaranya. Sementara itu, anak anak gubernur Nashr bin Muhammad keluar dari rumahnya bersama dengan para biduan sambil membawa alat alat musik. Ketika melihat mereka, Abu Ghiyats berkata dalam hatinya, "wahai jiwaku, kejelekan telah nampak di depan matamu. Jika engkau diam, engkaupun sama dengan mereka." Maka Abu Ghiyats mengangkat kepalanya ke arah langit dan meminta pertolongan kekuatan kepada Allah. Lalu mengambil tongkat dan langsung menyerang anak anak gubernur. Maka mereka lari tunggang langgang. Mereka lari ke rumah gubernur dan melaporkan apa yang dilakukan oleh Abu Ghiyats. Gubernur segera memanggil Abu Ghiyats dan berkata kepadanya, "Apakah kamu tidak tahu bahwa orang yang membantah gubernur akan masuk penjara?" Abu Ghiyats berkata, "Apakah engkau juga tidak tahu bahwa orang yang membantah Allah akan msuk neraka?" Gubernur berkata, "Siapa yang mengangkat kamu menjadi petugas Amar ma'ruf nahi munkar? Abu Ghiyats berkata, "O, yang mengangkat anda menjadi gubernur" Gubernur berkata, "saya ini diangkat oleh khalifah."
"Saya diangkat menjadi petugas Amar ma'ruf nahi munkar oleh Allah yang menjadikan khalifah." Kata Abu Ghiyats. Gubernur berkata, "Sudah saya akan mengangkat engkau menjadi petugas hisbah disamarkan. Maukah engkau?" Abu Ghiyats berkata, " Saya tidak mau." Gubernur berkata, "Aneh sekali! Engkau mau menjadi petugas amar ma'ruf nahi munkar padahal engkau tidak diperintah oleh pemerintah. Engkau menolak menjadi pejabat ketika engkau diminta."
Abu Ghiyats berkata, "Sebab jika engkau mengangkatku menjadi pejabat, engkau bisa saja mencopotku. Sedangkan jika saya di angkat pejabat amar ma'ruf nahi munkar oleh Tuhanku, tidak akan ada seorangpun yang mencopotku." Gubernur berkata, "Kamu ini butuh uang?" Abu Ghiyats berkata, "Sya tidak butuh hal seperti itu, yang saya butuhkan adalah engkau mengembalikan kemudaanku."
Gubernur berkata, "Tidak mungkin kemudaan semacam itu dapat dikabulkan oleh siapapun. Adakah permintaan yang lain?"
Abu Ghiyats berkata, "Saya meminta kepadamu agar menulis surat kepada penjaga neraka untuk tidak menyiksaku." Gubernur berkata, "Permintaan demikian tidak mungkin saya penuhi dan tidak mungkin ada yang bisa memenuhinya. Minta yang lain saja."
Abu Ghiyats berkata, "Saya meminta kepadamu supaya menulis surat kepada penjaga surga untuk memasukkanku kedalam surga." Gubernur berkata, "Permintaan ini tidak mungkin saya penuhi.
Abu Ghiyats berkata, "Kalau begitu saya tidak akan minta apapun kepadamu. Saya akan meminta kepada Allah yang tidak pernah menolak permintaanmu."
Akhirnya, Gubernur membebaskan Abu Ghiyats. Ia sangat kagum terhadap keimanan dan keberaniannya.

Entri Populer