Halaman

r

Jumat, 18 Oktober 2013

KETIKA AKU JARANG MELIHAT AKU

    Seorang suami merasa hawatir terhadap istrinya, ia berpikir bahwa jangan jangan istrinya akan mengalami gangguan pendengaran seperti yang pernah terjadi, ia pikir istrinya butuh alat bantu pendengaran. Suami tidak begitu yakin bagaimana cara membicarakan hal ini kepada istrinya, diam diam dia memanggil seorang dokter keluarga untuk membicarakan permasalahan ini. Dokterpun memberikan solusi sebagai langkah awal untuk si suami. bahwa sebenarnya ada cara yang sederhana yang bisa ia gunakan sebagai tes untuk mengetahui apakah istrinya benar benar tuli atau tidak.
Dokter menjelaskan

"Ini yang harus anda lakukan" kata dokter.
"Berdirilah dalam posisi sekitar empat puluka kaki jauhnya dari istri anda, kemudian bicaralah kepada istri anda dalam percakapan yang normal dan dengan suara yang normal pula. Perhatikan, apakah istri anda bisa mendengar anda?. Jika tidak, maka perkecil jarak anda memjadi tiga puluh kaki. Jika belum bisa juga mendekat lagi dengan jarak dua puluh kaki, dan begitu seterusnya sampai anda mendapatkan respon darinya."

      Malam itu, si Istri sedang memasak di dapur untuk makan malam. Si Suami berada di kamar tidur yang dimana jaraknya adalah empat puluh kaki dari istrinya. Ia berkata kepada dirinya,
"Sekarang saya sudah berada dalam jarak empat puluh kaki, saatnya untuk mengetes, dan kita lihat apa yang akan terjadi. Dengan nada suara yang normal si Suami bertanya kepada istrinya,
"Sayang, kamu masak apa untuk makan malam ini.?" Tidak ada jawaban.!

Kemudian si Suami mendekat sekitar tiga puluh kaki ke istrinya dan mengulangi pertanyaan-nya.
"Sayang, kamu masak apa untuk makan malam ini?" Masih tidak ada jawaban.

Ia mendekat lagi dua puluh kaki dan sudah berada di ruang makan, dengan perasaan cemas ia mulai bertanya lagi, "Sayang, kamu masak apa untuk makan malam ini?" Oh tidak, si Suami merasa semakin cemas karena masih tidak ada jawaban dari istrinya.

Dia maju kedepan, berdiri di pintu dapur, sekitar sepuluh kaki dari istrinya.
"Sayang, kamu masak apa untuk makan malam ini?" Masih tidak ada jawaban yang terdengar dari istrinya.

Si Suami lalu berjalan maju tepat di samping istrinya, "Sayang, kamu masak apa untuk makan malam ini?"

"Ayah.. ini untuk yang kelima kalinya saya bilang, Ayam.. saya masak ayaaaaaaaaaam.. denger nga' sih.?!!"

Memang, kita terkadang lupa melihat diri sendiri. 

WORTEL, TELUR, DAN KOPI

     Seorang anak perempuan berkeluh kesah kepada ayahnya tentang kehidupan yang ia jalani dan bagaimana semuanya terasa sangat berat baginya. Dia tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan dan dia merasa sudah putus asa. Dia sudah merasa lelah  untuk berjuang, dan sepertinya setiap satu masalah terselesaikan maka akan datang masalah baru.

      Ayahnya, seorang koki, mengajaknya ke dapur. Ia mengambil tiga wadah untuk memasak kemudian mengisi tiap wadah itu dengan air dan memanaskannya di kompor. Beberapa saat kemudian air itupun mendidih. Si Ayah mulai menaruh sesuatu di tiap wadah yang berisi air mendidih itu. Ia memasukkan wortel kedalam wadah pertama, wadah kedua ia masukkan telur, dan kopi bubuk pada wadah ketiga. kemudian merebusnya lagi dengan menunggu beberapa saaat tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

       Anak perempuan itu merasa tidak sabar menunggu, ia bertanya tanya dalam hati apa yang sedang di lakukan ayahnya. Berselang dua puluh menit kemudian, ayahnya mematikan kompor. Ia mencuit wortel keluar dan menaruhnya di sebuah mangkok. Mengeluarkan telur dan juga menaruhnya di Mangkok. Menyendok kopi keluar dan menuangnya di mangkok.
Si Ayah berbalik kepada anaknya sambil memegang nampan yang berisi ketiga mangkok itu, ia kemudian bertanya,
 "Apa yang kamu lihat?"
 "Wortel, Telur, dan Kopi!" jawab anaknya.

Si Ayah mendekatkan nampan yang berisi tiga mangkok itu ke anaknya dan menyuruhnya untuk mencicipi wortel itu. Si anak perempuan itupun mencicipinya dan merasakan kalau wortel itu telah menjadi lembek. Kemudian si Ayah menyuruhnya lagi mengambil telur dan memecahkannya, setelah mengupas cangkangnya iapun tahu kalau bagian dalamnya telah mengeras. Dan akhirnya, ketika si Ayah menyuruhnya untuk merasakan isi mangkok ketiga yang berisi kopi, ia tersenyum. Si anak perempuan itu merasakan kopi itu penuh dengan aroma.
Anak perempuan itu mulai bertanya kepada Ayahnya,
 "Apa maksud dari semua ini ayah?"
Si Ayah pun mulai menjelaskan,
 "Kamu tahu kalau ketiga bahan ini sama sama mengahadapi sesuatu yang berat, yaitu di-didih-kan dalam air, Tetapi reaksi mereka terhadap hal tersebut berbeda beda. Wortel ini awalnya keras dan kuat, tapi setelah di rebus dalam air ia menjadi lembek dan rapuh. Telur ini awalnya rapuh. Cangkang tipisnya melindungi cairan yang ada di dalam. Tapi setelah di rebus dengan air, bagian dalamnya telah berubah menjadi lebih keras dari sebelumnya.
Kopi bubuk ini terbilang unik, setelah di rebus dalam air, ia merubah air itu.
Termasuk yang manakah dirimu?" Dia bertanya kepada anak perempuannya.
"Seperti apakah reaksimu ketika masalah dan kesulitan datang menghampirimu? Apakah seperti wortel, telur, atau kopi?"


       

Kamis, 26 September 2013

MURID DAN SEPEDA MEREKA

      Seorang guru melihat lima muridnya kembali dari pasar dengan mengendarai sepeda mereka. Ketika mereka turun dari sepeda mereka, sang guru menghampiri dan mulai bertanya.
"Kenapa kalian suka mengendarai sepeda kalian?"

Murid pertama menjawab,
"Sepeda ini meringankan beban saya guru. sepeda ini bisa membawa barang bawaan saya, seperti karung yang berisi kentang ini. saya sangat senang karena tidak harus memikulnya di pundak!"
Sang guru memuji si murid dengan berkata,
"Kamu memang anak yang pintar, kelak kalau kamu sudah tua, kamu tidak akan berjalan dengan tubuh yang bungkuk, karena kamu jarang memikul banyak beban seperti aku."

Murid kedua menjawab,
"Saya suka melihat pepohonan dan pemandangan yang muncul bergantian seiring aku mengayuh sepedaku."
Sang guru membalas,
"Dewasa nanti matamu akan terbuka dan kamu akan melihat dunia."

Murid ketiga menjawab,
"Dengan bersepeda saya merasakan senandung kedamaian di dalam hatiku."
Sang guru memberi pujian kepada murid ketiga.
"Kelak kamu akan menjadi orang yang pikiran dan jiwanya selalu berputar dengan roda perdamaian."

Murid ke-empat menjawab,
"Dengan bersepeda, saya selalu merasa hidup dalam harmoni bersama semua mahluk yanig ada di dunia."
Sang guru sangat senang mendengarnya dan berkata,"
Kelak nanti kamu akan berjalan di jalan harapan tanpa menemukan kerugian sediktpun."

Murid kelima menjawab,
"Saya suka bersepeda,..... dan saya ber
sepeda untuk bersepeda.. itu saja!!"
Sang guru mendekat dan duduk dikaki murid kelima, dan berkata,
"aku adalah muridmu.!!"  
  

Rabu, 25 September 2013

BERAT AIR DALAM GELAS

       Seorang sikolog sedang memberikan arahan kepada audiens tentang bagaimana cara mengatur stress.
Dia menjelaskan sambil berjalan mondar mandir di ruang tersebut dan kemudian menghampiri meja dan mengambil segelas air. Orang orang mulai beranggapan bahwa mereka akan di tanya mengenai filosopi cangkir setegah kosong atau setengah penuh, tapi ternyata pertanyaan yang di ajukan oleh sikolog itu justru lain. Dengan senyum yang mengembang di bibirnya, Ia bertanya ke audiens,
   "Brapakah berat dari gelas yang berisi air ini?"
Banyak sekali yang menjawab, ada menjawab 8 oz, 12 oz sampai 20 oz.

Dia kemudian melanjutkan,
     "Para hadirin. berapapun berat pasti dari gelas ini tidak akan jadi masalah. Tapi masalah sebanarnya adalah berapa lama saya akan memegangnya atau mengangkatnya. Jika saya memegang atau mengangkatnya selama satu menit, tentu tidak akan berpengaruh. Jika saya mengangkatnya selama satu jam, maka tangan saya akan terasa pegal. Jika saya mengangkatnya selama satu hari penuh, maka tangan sa
ya akan mati rasa dan lumpuh. Kenapa bisa demikian, padahal dalam kasus ini, Berat dari gelas yang berisi air tidak pernah berubah. Nah para hadirin sekalian, saya bisa simpulkan bahwa berat dari gelas yang berisi air ini bukanlah letak permasalahannya, tapi berapa lama saya akan memegang dan mengangkat gelas ini, adalah permasalahan sebenarnya."

Diapun kemudian melanjutkan,
     "Stress dan kehawatiran yang kita alami dalam hidup ini ibarat gelas yang berisi air. Jika Anda menanggapi atau memikirkan-nya dalam sekejap waktu, maka itu tidak akan berpengaruh terhadap jiwa anda. Anda menanggapi hal hal yang membuat anda stress dan hawatir selama satu jam, maka akan terasa mulai menyakitkan. Anda menanggapi hal hal yang membuat anda stress dan hawatir selama satu hari penuh, maka anda akan merasa Lumpuh, meskipun sejatinya anda masih bisa menlakukan sesuatu.

        Inilah pentingnya kenapa anda harus melepaskan semua stress anda secepat mungkin di pagi hari, Jangan sekali kali anda membawanya sampai sore apalagi malam. Jika anda melakukannya, maka yakin dan percaya beban anda pun akan segera lepas.
"Jangan terus menerus memegangi gelas, Ingatlah untuk meletakkan-nya!!"

        

Senin, 09 September 2013

AYAH KAYA DAN ANAK YANG BIJAK

       Pada suatu waktu, seorang yang sangat kaya raya mengajak anaknya untuk melihat kondisi dari sebuah desa miskin yang jauh dari gemerlapnya hiruk pikuk perkotaan. Tujuan-nya  untuk memberi pelajaran kepada anaknya tentang betapa sengsaranya manusia yang hidup dalam kemiskinan. Ia berharap kelak anaknya akan termotivasi untuk menjadi pribadi yang sukses karena takut akan betapa susahnya hidup dalam kemiskinan. Anaknya harus sukses dan kaya raya dengan harta berlimpah seperti dirinya.
    
Sesampainya di desa tujuan, Mereka tinggal beberapa hari di sebuah daerah pertanian yang amat sangat miskin.
Beberapa hari berselang, sang bapak merasa pelajaran untuk anaknya sudah cukup, dan merekapun bergegas pulang.

Pada perjalanan pulang, si bapak bertanya kepada anaknya.      
      " Bagaimana menurutmu perjalanan kita kali ini nak?’
Si anak menjawab.
      "Wah, sungguh luar biasa Ayah, banyak pelajaran yang bisa ku petik’
      " Kau lihatkan, bahkan kau sudah merasakannya, bagaimana kehidupan manusia 
       dalam kemiskinan!!’ 
kata ayahnya.
      "Oh iya ayah’! kata anaknya.
      "Jadi, pelajaran dan hikmah apa yang telah kamu dapat dari perjalanan kita ini?’ 

tanya ayahnya.
Kemudian si anak menjawab.
      "Aku melihat bahwa kita hanya punya satu anjing, tapi mereka punya lima.
       Dirumah, kita punya kolam renang yang luasnya sampai ketengah taman kita, tapi 

       mereka memiliki telaga  yang tidak berbatas.
       Kita membeli lampu lampu taman kita yang sangat mewah dan mahal diluar negeri, 

       tapi mereka memiliki bintang-bintang yang terang  pada malam hari.
       Kita punya patio yang sangat luas sampai ke halaman depan, tapi mereka memiliki cakrawala 

       secara  utuh.
       Kita mempinyai sebidang tanah untuk tempat tinggal, tapi mereka mempunyai ladang yang 

       melampaui pandangan kita.

       Kita punya pelayan-pelayan untuk melayani kita, tapi mereka saling melayani sesama.
       Kita membeli semua persediaan makanan kita, mereka menumbuhkannya sendiri.
       Kita mempunyai tembok tembok besar untuk melindungi diri kita dan kekayaan kita, tapi 

       mereka memiliki sahabat-sahabat untuk saling melindungi."

Mendengar hal ini, si Bapak tidak sanggup berkata kata.
Kemudian si anak menambahkan
      "Terimakasih Ayah, karena telah membuat aku mengerti, 
        betapa miskinnya kehidupan kita."


         Karunia Tuhan di alam raya, kebersamaan, persaudaraan dan tolong menolong adalah nilai nilai dalam kehidupan manusia yang tidak bisa di ukur dengan uang semata
Betapa seringnya kita lupa untuk meng-syukuri atas apa yang telah kita miliki. Kita hanya selalu memikirkan apa yang tidak dan belum kita miliki .
Hal hal yang kita anggap tidak berharga, ternyata merupakan dambaan bagi orang lain. Semua ini berdasarkan pada cara pandang kita masing masing, dan cara pandang itu berdasarkan kaya atau miskinnya jiwa kita.
    BERSYUKURLAH........!!!!!!

Jumat, 18 Januari 2013

ABDULLAH DZIL BIJADAINI

          Ibnu Ka'ab al-Qurthubi berkata, ssungguhnya Abdullah yang dijuluki Dzil Bijadain merupakan orang terpandang di kalangan kabilahnya. Hanya saja hatinya telah tertambat pada Rasulullah dan lebih mencintai keimanan. Kemudian ia pergi menghadap Rasulullah SAW. Mengetahui kejadian ini, Ibu Abdullah pergi menuju pimpinan kabilah dan berkata,
"Sesungguhnya Abdullah telah pergi menemui Muhammad, susullah ia dan bawalah pulang. Ambil pakaian pakaiannya, karena ia sangat pemalu. Jika kalian berhasil mengambil pakaiannya tentu ia tidak akan meneruskan keinginannya."
Kemudian mereka mengambil pakaian Sa'ab dan membiarkannya telanjang. Ia tinggal di dalam rumah tanpa mau makan ataupun minum sebelum ia bertemu Nabi Muhammad Saw.

         Ketika Ibu Abdullah mengetahui anaknya tidak mau makan, ia kembali menemui kaumnya dan memberitahukan bahwa Abdullah bersumpah untuk tidak akan makan dan minum sebelum menemui Muhammad. Ibunya berkata,
"Tolong kembalikan pakaian Abdullah karena aku takut dia mati."

         Mereka enggan memberikan pakaian itu. Maka Ibu Abdullah mengambil  satu lembar kain kotak kotak kasar dan dipotong menjadi dua lembar. Satu lembar diberikan agar dipakai sebagai sarung dan satu lembar lagi untuk penutup kepala. Sang Ibu berkata, "Sekarang pergilah!"
Abdullah pergi menempuh perjalanan dengan mendaki dan menuruni lembah sehingga tiba di kota Madinah. Di kota ini ia belajar Al-Qur'an dan memperdalam agama. Dia dan para sahabat sering pergi dan istirahat di sebuah rumah milik seorang wanita Anshar yang biasa menyediakan makanan dan kebutuhan para sahabat.

          Suatu hari, ada seorang sahabat berkata kepada Abdullah, "Bagaimana pendapatmu sekiranya engkau menikah dengan wanita itu?"
Kemudian ada sahabat yang memberitahukan kepada wanita itu. Serta merta wanita itu berkata,
"Mengapa kamu tidak meninggalkan kebiasaanmu menyebut nyebut namaku, hentikan kebiasaan itu atau jangan lagi kalian datang untuk beristirahat di rumahku!"

           Kejadian ini disampaikan kepada Abu Bakar Ra. Kemudian Abu Bakar mendatangi wanita itu dan berkata, "Wahai Fulanah, telah sampai kabar kepadaku bahwa Abdullah meminangmu, maka terimalah pinangannya. Sesungguhnya ia adalah seorang pemuda yang terpandang di kalangan kaumnya, dia pandai membaca Al-Qur'an dan mempunyai pengetahuan agama yang luas."
Umar Ra. juga datang ke rumah wanita Anshar itu dan menyampaikan hal serupa. Berita inipun sampai kepada Nabi Muhammad Saw.

           Adalah Abdullah, apabila matahari telah terbit ia biasa mengerjakan shalat sunnah sesuai dengan kemampuannya. Kemudian menemui Rasulullah, mengucapkan salam kepada beliau kemudian pergi. Pada suatu hari, setelah Abdullah shalat kemudian menemui Rasulullah Saw, lalu Rasulullah bertanya kepadanya, "Wahai Abdullah bukankah telah sampai kepadaku berita bahwa engkau menyebut Fulanah?"
Abdullah menjawab "Ya."
Nabi berkata, "aku telah menikahkanmu dengannya."
Mendengar sabda Rasulullah demikian itu, Abdullah kemudian mendatangi para sahabatnya dan berkata, "Rasulullah Saw telah menikahkan aku dengan wanita Anshar itu."
Maka istri istri orang Anshar pergi menuju rumah wanita itu untuk mengucapkan selamat dan mempersiapkan acara walimah. mereka menjahit burdah, membuat bantal dari kulit, memasak makanan dan lain lain untuk walimah pada malam hari. Adapun Abdullah, ia bangun untuk mengerjakan shalat, dia tidak menemui wanita Anshar itu dan tidak mendekatinya, hingga Bilal mengumandangkan adzan subuh. Selesai adzan, para istri sahabat pulang ke rumah masing masing, mereka berkata,
"Demi Allah, Abdullah tidak membutuhkan sesuatu pun, dia tidak mendatangi istrinya dan tidak mendekatinya.

           Pada hari itu, Abdullah mengerjakan shalat subuh bersam Rasulullah Saw. Setelah matahari terbit, Abdullah bangkit untuk mengerjakan shalat sunnah sebagaimana biasa dia biasa melakukannya. Kemudian menemui Rasulullah Saw dan mengucapkan salam kepada beliau. Lalu Rasulullah bertanya,
"Tidakkah kau membutuhkan istrimu?"
Abdullah menjawab, "Benar. Tetapi setiap kali aku melihat kenikmatan yang dilimpahkan Allah berupawanita cantik, tempat tidur nyaman, dan makanan yang lezat, aku merasa tidak mendapatkan sesuatu yang  bisa aku pergunakan untuk bertaqarrub kepada Allah selain pedangku. Maka akupun lebih mengutamakan pedangku, aku gunakan untuk berjihad di jalan Allah dan membela Rasulullah, dan aku dahului dengan mengerjakan shalat. Inilah persembahanku kepada istriku wahai Rasulullah."
Kemudian ia berkenan pergi untuk menemui isterinya.

            Ketika berlangsung peperangan Khaibar itu, ia terluka lalu berwasiat, "Aku belum pernah memberi apapun kepada isteriku, maka berikanlah bagianku dari rampasan perang Khaibar kepadanya." Tidak lama kemudian ia menemui ajalnya.

            Dalam suatu riwayat Ibnu Mas'ud berkata, "Ketika itu kami sangat lapar, kemudian pada suatu malam aku keluar, aku melihat ada cahaya berkilau dari kejauhan. Aku berkata pada diriku, aku harus ke tempat itu, mudah mudahan aku mendapatkan makanan di sana. Benar aku sampai di tempat itu. Ternyata ada Rasulullah Saw sedang menggali kubur dan memberikan tanah kepada Abu Bakar dan Umar sementara itu jenasah Abdullah terbaring di dekatnya. Setelah Rasulullah menguburkannya beliau bersabda,
"Ya Allah, sesungguhnya aku meridhainya, maka ridhailah ia."
Rasulullah mengucapkan do'a ini dua atau tiga kali."

Kamis, 17 Januari 2013

PEMILIK KALUNG

         Al-Qadhi Abu Bakar Muhammad Bin Abdul Baqi Bin Muhammad Al-Bazar berkata, "Ketika itu aku tinggal di samping kota Makah -sebuah kota yang semoga selalu dalam lindungan Allah SWT. Suatu hari aku sangat lapar, sementara aku tidak mendapatkan makanan yang dapat mengganjal rasa laparku.
Tanpa aku sadari aku menemukan sebuah bungkusan yang berbalut kain sutera dan diikat dengan kaos kaki dari kain sutera pula. Maka tanpa pikir panjang bungkusan itu aku pungut lalu aku bawa ke rumah dan kubuka. Bungkusan itu ternyata berisi seuntai kalung mutiara yang seumur hidup aku belum pernah melihatnya.

         Setelah itu, aku keluar rumah. Aku mendengar seorang kakek sedang mencari bungkusan yang hilang. Dia menjanjikan hadiah sebesar 500 dinar. Kakek itu berkata,
"Barang siapa menemukan bungkusan berisi kalung mutiara, maka uang 500 dinar ini akan aku berikan sebagai imbalan kepada penemunya."
Aku berkata kepada diriku sendiri,
"Aku sangat butuh, aku sangat lapar, aku bisa mengambil kalung ini dan memanfaatkannya," tapi aku akan mengembalikannya.

           Aku langsung menemui kakek itu dan berkata kepadanya, "Marilah kita ke rumah." Akupun membawanya ke rumahku. Setibanya di rumah, sang kakek menyebutkan ciri ciri bungkusan yang hilang, diikat kaos kaki, jenis mutiara, ia pun menyebutkan jenis kain yang di gunakan untuk membalut kalung mutiara tersebut. Aku lalu menyerahkan bungkusan kalung itu kepada si kakek. Dia pun lalu memberikan aku 500 dinar sebagai imbalan. Namun aku menolak, Aku berkata,
"Sudah menjadi kewajibanku untuk mengembalikan temuan ini kepada pemiliknya dengan tanpa mengambil upah. Sang kakek berkata, "Kamu harus menerima uang ini."
Dia terus menerus memaksaku untuk mengambil upah tersebut. Aku tidak mau menerimanya lalu dia pergi meninggalkan aku.

           Adapun cerita mengenai diriku selanjutnya bahwasanya aku lalu meninggalkan Makkah dengan menumpang sebuah perahu.Tanpa aku duga perahu tersebut oleng.Orang orang pun bercerai berai berikut seluruh hartanya. Namun aku selamat dari musibah ini, aku mengapung dengan cara berpegangan di sebuah papan perahu yang telah patah. Beberapa hari aku berada di tengah lautan tanpa arah. Tiba tiba aku terdampar di sebuah pulau yang berpenduduk. Aku menuju masjid untuk membaca al-Qur'an. Di kampung itu tidak ada seorang pun bisa membaca Al-Qur'an. Kemudian mereka mendatangiku untuk meminta mengajari mereka membaca Al-Qur'an. Dari taklim ku ini aku bisa mengumpulkan sejumlah uang.

           Suatu hari, aku menemukan beberapa lembar Al-Qur'an di dalam masjid. Lembaran itu aku pungut. orang orang pun bertanya, "Apakah kamu bisa menulis?" Aku jawab, "Ya," kemudian mereka memintaku untuk mengajari tulis menulis termasuk pada anak anak dan remaja mereka. Sejak saat itu aku mengajari mereka, aku pun bisa mengumpulkan sejumlah uang.Suatu hari masyarakat kampung ini berkata kepadaku,
"Di desa ini, kami mempunyai seorang gadis yatim yang sangat kaya, bagaimana kalau kamu memperistrinya.?" Aku menolak tawaran mereka. Mereka tetap memaksaku untuk menikahi gadis tersebut, dan akhirnya aku terima tawaran mereka.
Setelah dilaksanakan walimah dan istriku sudah ada di hadapanku, aku mendapati kalung yang dulu pernah kulihat melingkar di lehernya. Mataku tak berkedip melihat kalung tersebut.

           Orang orang yang melihatku mengajukan protes, "Wahai ustadz, engkau telah menghancurkan hati gadis yatim ini, sebab engkau hanya menatap kalungnya bukan menatap wajahnya!"
Lalu aku ceritakan kisah kalung tersebut, setelah itu orang orang pun meneriakkan tahlil dan takbir hingga terdengar oleh seluruh penduduk pulau tersebut. Aku menanyakan kepada mereka, apa gerangan yang terjadi. Mereka menjawab, "Kakek yang mengambil kalung darimu itu adalah ayah gadis ini. Kala itu kakek tersebut berkata, "Seumur hidupku, aku tidak pernah bertemu dengan seorang pemuda muslim yang baik seperti dia!, sang kakek hanya mampu memanjatkan do'a,
"Ya Allah, Pertemukan aku dengan pemuda itu agar aku dapat menikahkannya dengan anak gadisku.
Sekarang do'a itu telah di kabulkan Allah.  

Rabu, 16 Januari 2013

SHILAH BIN SYAM DAN SINGA YANG MENDENGAR UCAPANNYA

          Ja'far bin Zaid meriwayatkan, dia berkata, pada suatu hari kami keluar pada suatu peperangan / penyerangan ke Kabul. Dalam rombongan pasukan tentara kami terdapat seorang yang bernama Shilah Bin Syam. Ketika itu orang orang berhenti pada waktu shalat isya', aku berkata, 
  "Benar benar akan aku perhatikan amaliahnya, akan aku cocok-kan dengan cerita orang orang tentang      ibadahnya yang banyak."

           Ia berdiri untuk mengerjakan shalat Isya', lalu berbaring untuk mencari cari kelengahan orang orang. Sampai akau berkata,
  "Semua mata telah tertidur lelap. kemudian Ia mengayunkan langkah menuju belukar yang berada di dekat tempat kami singgah. Aku mengikuti langkahnya. Ia mengambil air wudhu' dan mulai berdiri untuk shalat.

           Tak berselang lama, tiba tiba seekor singa datang mendekatinya, sementara aku langsung naik ke atas pohon, adapun Shilah, sungguh Ia tidak bergeming sedikit pun. Ketika Ia sujud aku berkata, "Tentu singa akan menerkamnya sekarang ini juga." ternyata tak seperti yang kuduga. Setelah salam, ia berkata, "wahai binatang buas, carilah rizki di tempat lain."

Singa itu pergi, Sungguh ia seorang yang memiliki kekuatan wibawa. Aku berkata, "Gunungpun bisa terbelah karena ucapannya." Dia masih juga mengerjakan shalat hingga menjelang subuh ia duduk dan bertahmid dengan bermacam macam tahmid yang aku belum pernah mendengarnya. Ia berkata, "Ya Allah aku memohon kepadaMu agar engkau menjauhkan aku dari api Neraka namun pantaskah orang seperti aku meminta surga kepadaMu."

             Kemudian ia kembali ke rumah, seolah olah ia tidur semalaman di atas tilam. Ketika pagi hari aku merasa ada sesuatu yang membuat tenang. Hanya Allah sajalah yang maha mengetahui segalanya.

Entri Populer