Halaman

r

Rabu, 07 November 2012

SEPOTONG ROTI

        Tiga orang musafir menjadi sahabat dalam suatu perjalanan yang jauh dan  melelahkan; mereka bergembira dan berduka bersama, mengumpulkan kekuatan dan tenaga bersama.

Setelah berhari-hari lamanya mereka menyadari bahwa yang mereka miliki tinggal  sepotong roti dan seteguk air di kendi. Mereka pun bertengkar tentang siapa yang berhak memakan dan meminum bekal tersebut. Karena tidak berhasil mencapai kesepakatan, akhirnya mereka memutuskan untuk membagi saja makanan dan  minuman itu menjadi tiga. Namun, tetap saja mereka tidak sepakat.

Malam pun turun, salah seorang mengusulkan agar tidur saja. Kalau besok mereka  bangun, orang yang telah mendapatkan mimpi yang paling menakjubkan akan menentukan apa yang harus dilakukan.

Pagi berikutnya, ketiga musafir itu bangun ketika matahari terbit.

"Inilah mimpiku," kata yang pertama. "Aku berada di tempat-tempat yang tidak bisa digambarkan, begitu indah dan tenang. Aku berjumpa dengan seorang bijaksana yang
berkata kepadaku, 'Kau berhak makan makanan itu, sebab kehidupan masa lampau dan masa depanmu berharga, dan pantas mendapat pujian."

"Aneh sekali," kata musafir kedua. "Sebab dalam mimpiku, aku jelas-jelas melihat  segala masa lampau dan masa depanku. Dalam masa depanku, kulihat seorang lelaki  maha tahu berkata, 'Kau berhak akan makanan itu lebih dari kawan-kawanmu, sebab kau lebih berpengetahuan dan lebih sabar. Kau harus cukup makan, sebab kau ditakdirkan untuk menjadi penuntun manusia."

Musafir ketiga berkata, "Dalam mimpiku aku tak melihat apa pun, tak berkata apa pun. Aku merasakan suatu kekuatan yang memaksaku bangun, mencari roti dan air  itu, lalu memakannya di situ juga. Nah, itulah yang kukerjakan semalam."
 Mohammad Gwath Syatari

Tidak ada komentar:

Entri Populer