Halaman

r

Jumat, 28 September 2012

AIR MATA TERAKHIR DI HARI TERAKHIR RASULULLAH SAW



         ....Dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang sakit demam,"
kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah,   "Siapakah itu wahai anakku?"
  "Tak tahulah ayahku, orang itu sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan.
Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.
"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia.
Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah.
Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.

          Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?", tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.
   "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu.
    Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril.
Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar khabar ini?," tanya Jibril lagi.
"Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"
    "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah!, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku:
Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat
Muhammad telah berada di dalamnya, 

kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik.

           Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."
Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.


"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.
     "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajalnya!" kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi.
"Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku."


Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku.
"peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu."

Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan.
Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.

Ummatii,ummatii,ummatiii?
  "Umatku, umatku, umatku!?" 
Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu.
Kini, mampukah kita mencinta sepertinya?!!
Allahumma sholli ala Muhammad wa baarik wa salim alaihi.

Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.........

BERANDALAN MASUK SURGA

        Nabi Muhammad Saw. menyebutkan bahwa di kalangan bani Israel dulu ada seorang berandalan. Ia tidal pernah "absen" melakukan dosa. Suatu saat datang seorang wanita menemuinya. Ia memberikan uang sebanyak enam puluh dinar kepada wanita tersebut dengan syarat ia dapat berhubungan sex dengannya. Ketika berandalan ini telah berada di atas tubuh wanita tersebut, tiba tiba wanita ini bergetar dan menangis. Ia berkata, "kenapa engkau menangis? apakah saya mengecewakanmu?" si wanita menjawab, "Hanya tindakan ini adalah tindakan yang belum pernah saya lakukan sama sekali. Saya mau meladenimu karena saya terdesak oleh kebutuhan makan." Si berandalan berkata, "Engkau mau melakukan ini sementara emgkau belum pernah melakukannya sama sekali? ya, sudah pergi dan bawa uang ini untukmu!"
    
         Setelah kejadian tersebut berandalan ini berkata, "Demi Allah saya bersumpah tidak akan melakukan maksiat lagi kepada Allah."
Pada malam itu juga orang tersebut meninggal. Ketika waktu pagi tiba, di atas pintunya tertulis sebuah kalimat, "Allah telah mengampuni berandalan ini." Orang orang pada merasa kaget atas keadaan tersebut.

PELAYAN ANEH

           Ada seorang laki laki yang sudah keranjingan dengan minuman keras. Suatu saat dia mengundang sahabat sahabatnya. Datanglah orang orang yang di undangnya tersebut. Pemabuk berat ini memanggil pelayannya dan menyerahkan uang sebanyak empat dirham. Dia menyuruh pelayannya untuk membeli buah buahan untuk pertemuan itu. Di tengah tengah perjalanannya menuju pasar sang pelayan bertemu dengan Manshur bin Amar, seorang ulama zuhud. Manshur berkata, "Barang siapa menyerahkan empat dirham untuk orang fakir yang sedang mengembara maka saya akan mendoakan dia dengan empat doa."
Pelayan tersebut menyerahkan empat dirham tadi kepada Manshur. Manshur berkata, "mau didoakan apa dirimu?", pelayan berkata,
           "Saya meminta empat doa. Pertama, saya mempunyai majikan yang sangat bengis saya ingin kau mendoakanku agar bisa terbebas darinya. Kedua, engkau doakan agar empat dirham ini diganti oleh Allah. Ketiga, mudah mudahan Allah mengampuni majikanku. Keempat, mudah mudahan Allah mengampuniku, mengampuni mjikanku, mengampunimu dan, mengampuni orang orang yang datang atas undangan majikanku itu.

           Setelah mendengar permintaan pelayan itu maka Manshur berdoa sesuai atas permintaannya. Setelah Manshur selesai berdoa, pelayan tadi pulang ke tempat majikannya yang tadi menyuruhnya sambil membentak bentak. Sang majikan yang pemabuk itu berkata kepada pelayannya dengan nada sangat kesal, "Kenapa engkau terlambat dan mana buah yang saya pesan?"
Si pelayan menceritakan pertemuannya dengan Manshur dan menceritakan pula bahwa uangnya yang sebanyak empat dirham diberikan olehnya kepada Manshur untuk mendapatkan empat doa. Ketika mendengar kabar tersebut pemabuk ini terdiam dan meredalah amarahnya. Dia bertanya kepada pelayannya, "Apa yang kamu minta kepada Allah?" Si pelayan menjawab, Saya meminta agar saya dibebaska dai perbudakan." pemabuk itu kemudian berkata, "Saya memerdekakanmu dan engkau sekarang bebas tanpa syarat apapun. Apa doamu yang kedua?" Pelayan menjawab, "Saya meminta kepada Allah agar Dia mengganti empat dirham itu kepadaku." Sang majikan berkata, "Engkau saya beri uang sebanyak empat ribu dirham. Apa doamu yang ketiga?" Pelayan menjawab, "Saya meminta kepada Allah agar Dia memberi taubat kepadamu." Sang majikan menundukkan kepalanya lalu menangis, kemudian melemparkan sloki araknya dan memecahkannya. Selanjutnya dia berkata, "Saya tobat kepada Allah dan saya berjanji tidak akan mabuk mabukan lagi selamanya. Apa doamu yang keempat?" Pelayan itu menjawab, "Saya meminta didoakan oleh Manshur agar Allah mengampuniku, mengampunimu, dan mengampuni orang orang yang hadir ini." Sang majikan berkata, "Hal itu bukan urusanku tapi hak Tuhan yang maha pengasih." Ketika sang majikan tadi tertidur di malam hari, dia mendengar ada orang yang memanggil manggilnya,  
     "Engkau telah melakukan apa yang sangat baik bagimu. Sungguh Allah telah mengampunimu, mengampuni pelayanmu, mengampuni Manshur bin Amar, dan mengampuni orang orang yang tadi hadir di rumahmu.

Kamis, 27 September 2012

ANAK PEJABAT YANG ANGKUH

              Amar bin Ash adalah seorang gubernur di mesir. Anaknya senang mengadakan balapan kuda. suatu waktu dia pernah kalah oleh pembalap lain. Dalam suatu balapan terjadi perselisihan antara anak gubernur dan lawan balapannya. Mereka berselisih tentang siapa yang menang dala balapan itu. Anak gubernur marah dan memukul orang mesir yang jadi lawan balapnya itu sambil berkata,
         "Berani beraninya kamu mengalahkan anak orang besar?"
Orang Mesir itu sama marah sehingga mengadu kepada Umar.

              Setelah mendapat pengaduan tersebut, Umar memanggil Amar bin Ash dan anaknya. Umar memanggil pula orang Mesir itu serta mengumpulkan orang orang. Lalu Umar memerintahkan kepada si orang mesir untuk memukul gubernur. Sebab, Anak gubernur tersebut berani memukul manusia sewenang wenang karena kekuasaan bapaknya. Umar berteriak kepada Amar bin "Ash,
 "Sejak kapan kamu menjadikan orang lain sebagai budak padahal mereka dilahirkan dari rahim Ibunya dalam keadaan merdeka?"

MENGUJI TUHAN

          Suatu hari Nabi Isa a.s sedang berdiri di atas puncak sebuah gunung. Tiba tiba datang iblis dan berkata kepadanya,
              "Bukankah engkau mengatakan bahwa jika Allah menghendaki kematian pada seorang manusia pasti hal itu akan tersejadi?"
"Ya, Betul sekali!" Jawab Isa.
              "Jika Allah tidak menghendaki?" Lanjut iblis.
"Tidak akan terjadi!" Jawab Isa.
              "Kalau begitu, coba kamu menjatuhkan diri dari atas gunung ini! jika Allah menghendaki kematian kepadamu, pasti kamu akan mati. Jika Allah tidak menghendaki kematianmu sudah barang tentu kamu akan selamat."
Isa kemudian berkatat, 
"Dasar iblis keparat, hanya Allah yang dapat menguji hamba-nya tetapi hamba tidak pantas menguji Allah!"
 

Rabu, 26 September 2012

MEMPERMAINKAN ALLAH

          Manshur bin 'Amar berkata, "Saya mempunyai seorang kawan yang tak henti hentinya melakukan maksiat. Suatu saat dia bertobat. Saya melihatnya banyak melakukan ibadah dan shalat tahajud. Beberapa hari saya kehilangan dia. Saya mendapat kabar bahwa dia sakit. Saya pergi untuk menjenguknya. Saat itu saya disambut oleh putrinya yang bertanya, "Mau menemui siapa?"


"Mau ketemu si Anu!", jawab saya. Saya masuk ke dalam rumah dan mendapati ia berbaring di ruang tengah. Mukanya kelihatan hitam, matanya belalakan, dan bibirnya sangat keras. Saya berkata kepada dia- saat itu saya merasakan rasa takut terhadapnya, "Kawan, perbanyak mengucapkan kalimat La ilaha illallah!" Ia membuka matanya yang merah lalu pingsan. Setelah siuman, saya berkata lagi kepadanya, perbanyaklah mengucapkan kalimat La ilaha illalah!" saya mengucapkan kata tersebut dua kali. Ia membuka matanya lalu berkata, " Wahai Manshur, saudaraku! Kalimat itu telah terhalang terucapkan olehku."

           Mendengar kata kata dia saya spontan bertutur, tidak ada daya dan kekuatan kecuali oleh Allah yang mahaluhur dan mahaagung." Kemudian saya berkata lagi kepadanya, "Kawan, di mana shalat, puasa, tahajud, dan ibadah malammu itu?" Ia menjawab,
"Semua itu saya persembahkan bukan untuk Allah. Tobatku hanya pura pura. Saya melakukan itu semua tiada lain tiada bukan kecuali supaya disebut sebut oleh orang banyak sebagai orang shaleh. Saya melakukan semua itu hanya untuk pamer kepada orang lain. Ketika sedang menyendiri, saya mengunci pintu, merumbaikan tirai rumah, dan saya meneguk minuman memabukkan. Saya menampakkan merbagai maksiat di hadapan tuhanku. Sya melakukan hal tersebut sangat lama. Suatu saat saya tertimpa penyakit yang sangat berbahaya. Saya berkata kepada putriku, Tolong ambilkan Al Qur'an!" setelah Al Qur'an berada di tanganku saya berkata, Ya Allah, demi kebenaran Al Qur'an yang agung ini, berikanlah kesembuhan kepadaku dan saya tidak akan melakukan dosa selamanya." Allah pun memberikan kesembuhan kepadaku. Ketika aku telah sembuh, saya kembali lagi ke kebiasaanku, yaitu mabuk dan melahab kesenangan lainnya. Saya meneruskan kebiasaan berdosa. Tidak lama kemudian saya menderita sakit yang sangat parah dan hampir merenggut nyawaku. Saya meminta keluargaku untuk memindahkanku ke ruangan tengah sebagaimana kebiasaanku kalau sedang sakit. Kemudian saya meminta di ambilkan Al Qur'an, lalu saya membacanya kemudian mengangkatnya. Saya berdoa, "Ya Allah, demi kehormatan yang ada dalam di dalam Al Qur'an yang mulia ini, berupa kalimat Mu, saya meminta engkau memberikan kesembuhan kepadaku," Allah pun mengabulkan doa ku. Tidak beda dengan sebelumnya saya kembali menyantap maksiat. Tidak lama kemudian saya terkena penyakit ini.Saya meminta kepada keluargaku untuk di pindahkan dari kamar ke ruang tengah sebagaimana engkau lihat sekarang. Saya meminta diambilkan Al Qur'an unuk di baca. Namun, aneh sekali, tidak ada satu huruf pun yang tampak di dalam lembaran Al Qur'an tersebut. Saya tahu bahwa Allah Swt. marah kepadaku. Lalu saya mengangkat wajah ke langit sambil berdoa, "Ya Allah, demi kehormatan Al Qur'an ini, berikanlah kesmbuhan kepadaku, Wahai Dzat penggenggam langit dan bumi." Tiba tiba saya mendengarsuara tanpa jirim (hatif)yang berbentuk syair:


                  Engkau bertobat ketika sakit dan kembali kepada dosa ketika sehat
                  Sering sekali kesusahanmu
                  Berkali kali engkau dijauhkan dari petaka yang menimpamu

                  Apakah engkau tidak hawatir kematian datang kepadamu
                  Padahal dirimu dalam dosa yang terus engkau lupakan.

          Manshur bin 'Amar berkata, "Demi Allah, tidaklah saya keluar dari rumahnya sehabis menjenguk, melainkan mataku penuh dengan berbagai pelajaran." Belum juga saya sampai ke pintu rumah, tiba tiba saya mendapat kabar bahwa ia meninggal.
                 
                 

JATUH DARI TANGGA

          

            Ada dua orang bersaudara. Yang satu ahli ibadah sedangkan yang satunya lagi tukang maksiat. Suatu hari si ahli ibadah digoda oleh nafsunya untuk mengikuti syahwatnya. Nafsunya memprovokasi bahwa dirinya sudah sangat lama menghabiskan umurnya dalam beribadah. Ia berandai andai bahwa jika dirinya telah selesai melampiaskan nafsunya, dia akan segera tobat karena dirinya mengetahui bahwa Allah maha pengampun lagi maha penyayang. Dalam hatinya tukang ibadah ini berkata, 'Saya akan turun ke lantai bawah dimana saudaraku berada. Saya akan mengikuti apa yang dilakukan oleh saudaraku (Yaitu melampiaskan nafsu dengan berbagai bentuk maksiat dan kesenangan). Setelah itu saya akan bertobat dan menghabiskan sisa umurku untuk beribadah kepada Allah. Maka turunlah dia ke lantai bawah sambil membawa niat tersebut.

             Adapun saudaranya si tukang maksiat berkata dalam hatinya, "Saya telah menghabiskan umurku dalam kemaksiatan. sedangkan saudaraku terus terusan beribadah. Saudaraku akan masuk surga sedangkan saya akan masuk ke dalam neraka. "Demi Allah, saya akan tobat dan naik ke tempat saudaraku untuk ikut serta beribadah dengannya. Saya akan menghabiskan sisa umurku untuk beribadah. Semoga Allah mengampuniku." Maka, dia naik ke atas untuk menemui saudaranya dengan niat tersebut.

             Sementara itu saudaranya yang di atas bermaksud untuk turun ke bawah dengan niat untuk melakukan maksiat sedang menuruni anak tangga. Tiba tiba, kakinya terkilir dan jatuh ke bawah. Jatuhnya tepat sekali menimpa saudaranya yang akan naik ke atas dengan niat bertobat. Keduanya meninggal seketika. Si tukang ibadah dibangkitkan oleh Allah dalam keadaan berniat maksiat sedangkan si tukang maksiat dibangkitkan oleh Allah dalam keadaan  berniat beribadah.

Senin, 24 September 2012

BATU "BERTUAH"



Wahab bin Muhabbih berkata, Suatu saat Nabi Isa a.s melakukan perjalanan. Dia ditemani oleh seorang yahudi. Dalam perjalanan tersebut mereka membawa roti sebanyak tiga buah. Dua buah dibawa oleh si yahudi sedangkan satu roti dibawa oleh Nabi Isa. Nabi Isa berkata kepada orang yahudi. “Kita makan saja sekarang. Roti yang dibawa olehmu keluarkan untuk kita makan."
“Baiklah!” kata si yahudi.
 Ketika si yahudi ini mengetahui bahwa Nabi Isa membawa satu roti dan dia membawa dua, ia merasa ada ganjalan.Sebelum acara makan dimulai, Isa melakukan shalat terlebih dahulu. Sedangkan kawannya itu pergi ke tempat agak jauh dari Isa yang sedang shalat. Di tempat tersebut si yahudi memakan satu roti. Ketika Isa sudah selesai melakukan shalat, si yahudi mengeluarkan makanan yang dibawanya. Isa bertanya kepada si yahudi, 
“Mana roti yang satunya lagi?”                                                                                                              “Roti yang mana?, tidak ada lagi kecuali yang satu ini!” kata si yahudi.                                                        Maka Isa pun mengeluarkan roti yang di bawanya dan menyantapnya begitu juga dengan kawannya tersebut. Ia menyantap roti yang tinggal satu itu. Setelah selesai makan kedua berangkat meneruskan perjalanan. Mereka berdua sampai disebuah pohon. Isa berkata, “Bagaimana kalau kita menginap dibawah pohon ini sampai pagi?”                                                                                                                          
“Baiklah!” kata si yahudi.
                
             Keduanya  tidur dibawah pohon tersebut. Ketika waktu pagi tiba, mereka berangkat untuk meneruskan perjalanan. Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan orang buta. Isa berkata kepada orang buta tersebut, “Bagaimana kalau saya mengobatimu supaya Allah Swt. mengembalikan penglihatanmu. Apakah kamu mau bersyukur kepada-nya?”                                                                            
Orang buta menjawab, “Ya, saya akan bersyukur,” Isa mengusap mata orang buta ini dan berdoa kepada Allah hingga akhirnya orang buta itu dapat melihat. Isa berkata kepada si yahudi itu,                                 “Demi Dzat yang telah memperlihatkan kepadamu bagaimana orang buta menjadi melihat, katakan kepadaku dimana roti yang satu itu?” Si yahudi berkata,                                                                                  
“Demi Tuhan, roti itu hanya satu.” Isa terdiam dan tidak berkomentar.
                
            Selanjutnya keduanya melanjutkan perjalanan. Tiba tiba merka melihat sekelompok rusa yang sedang merumput. Isa memanggil seekor lalu menyembelihnya. Setelah itu Isa mengambil bagian dagingnya lalu dibakar. Setelah matang, mereka berdua memakannya. Selesai makan daging rusa panggang, Isa berkata kepada sisa daging rusa, “Dengan izin Allah, berdirilah engkau!”, Maka rusa yang telah disembelih tadi berdiri dan pergi. Si yahudi sangat kaget sehingga ia berkata, “Ya Tuhan, aneh sekali!“. Isa berkata, “Demi Dzat yang telah memperlihatkan suatu tanda kebesaran ini kepadamu, siapa yang memakan roti yang ketiga?” si yahudi berkata, “Saya hanya memakan satu roti.”
                
            Keduannya melanjutkan perjalanan sehingga sampai ke sebuah sungai besar yang sangat deras airnya. Isa memegang tangan si yahudi lalu mereka berjalan di atas air sehingga dapat melewatinya. Si yahudi berkata, “ya tuhan, aneh sekali!” Isa berkata “Demi Dzat yang telah memperlihatkan tanda kebesaran ini kepadamu, siapa yang memakan roti yang satu itu?” Si yahudi berkata, “saya hanya memakan satu roti.”

Kemudian keduanya terus berjalan hingga sampai ke sebuah tempat kosong yang tak berpenghuni. Tidak jauh dari keduannya ada tiga buah batu emas. Isa berkata, “Nah, ini ada tiga batu emas. Satu untukku, satu lagi untukmu, dan yang satu untuk orang yang telah memakan roti itu.” Tanpa sadar si yahudi berkata, “saya yang memakan roti itu. Saya memakannya ketika engkau sedang shalat!” Isa berkata, “Ya, sudahlah, ambil saja punyaku, tiga emas itu untukmu. Silahkan ambil!”

Isa pergi meninggalkan si yahudi. Si yahudi ini berdiam di dekat tiga emas tadi. Ia kebingungan untuk membawanya. Sebab, ia tidak membawa alat untuk mengangkutnya. Tiba tiba ada tiga orang asing lewat dan menghampiri si yahudi. Ketiga orang tersebut merampas tiga emas tadi dan membunuh kawan Isa si yahudi itu. Dua orang diantara mereka berkata kepada kawannya yang satu, “Kamu pergi  ke kampung dan cari makanan untuk kita!” Setelah orang itu pergi, dua orang tersebut membuat kesepakatan. Salah satunya berkata, “Jika dia kembali, kita bunuh saja dan emas ini kita bagi dua.” Kawannya berkata, “setuju sekali!” Sementara itu, orang yang disuruh pergi membeli makanan berkata dalam hatinya, saya akan taruh racun dalam makanan supaya mereka berdua mati. Sayalah yang akan menjadi pemilik tiga emas itu.

Setelah selesai membeli makanan, orang ini segera menaruh racun ke dalamnya. Setelah ia sampai ke tempat kedua temannya yang menunggu, ia langsung dibunuh oleh kedua orang temannya itu. Lalu keduanya menyantap makanan yang telah diberi racun. Keduannya pun mati di dekat tiga batu emas tadi. Selang beberapa lama Nabi Isa a.s lewat ke tempat tersebut. Ketika ia melihat empat mayat yang terkujur di dekat emas itu, ia berkata kepada para pengikutnya (hawariyyin), "Seperti itulah dunia memperlakukan pemujanya, berhati hatilah kalian terhadapnya!"

KENDI BERTUAH


               Suatu waktu Hatim Al-Asham berkata kepada anak anaknya, “Saya bermaksud melakukan haji.”  Anak anak dia menangis dan berkata, “Siapa yang akan menanggung makan kami?” Saat itu Hatim Al-Asham mempunyai seorang anak perempuan. Anak perempuan ini berkata, “Biarkanlah ayah pergi. Toh ia bukan pemberi rezki!” Maka hatim berangkat. Sampai larut malam anak anak Hatim kelaparan. Mereka tak henti hentinya mencerca dan menyalahkan saudari perempuan mereka itu, yang mana telah mengizinkan ayah mereka pergi berhaji. Si anak perempuan berdoa, “Ya Allah, janganlah engkau manjadikanku cemohan mereka!”
                Dalam saat yang sama seorang gubernur lewat ke rumah mereka. Gubernur berkata kepada sebagian orang yang menemuinya. “Tolong carikan air!” Keluarga Hatim menyuguhkan sebuah kendi baru yang berisi air yang dingin. Sang gubernur meminumnya dan berkata, “Rumah ini milik siapa?” para pengawalnya berkata, “ini rumah Hatim Al-Asham.” Sang gubernur memasukkan seikat emas ke dalam kendi bekas air dan beliau berkata, “Orang yang mencintaiku pasti mengikutiku.” Maka pasukan pengawal sang gubernur ikut serta memasukkan beberapa keping uang kedalam kendi.
                Setelah gubernur dan pengawalnya pergi, anak perempuan Hatim menangis, Ibunya berkata, “Kenapa engkau menangis? Bukankah Allah telah memberi rezki yang banyak kepada kita?” anak perempuan itu menjawab,                                                                                                                                             “Makhluk saja yang melihat kepada kita memberikan bantuan kecukupan, bagaimana jika Allah yang melihat kepada kita!?.

                 

Minggu, 23 September 2012

PEJABAT MISKIN

        Umar bin khathtab selalu selalu memeriksa langsung para gubernur yang diangkat menjadi kepala pemerintahan daerah. Beliau bertanya kepada rakyat setempat tentang gubernur yang memimpin mereka. Umar suka bertanya kepada mereka tentang kecakapan para gubernurnya dalam memegang pemerintahan. Suatu hari beliau pergi ke daerah Himsha. Saat itu yang menjabat sebagai gubernur adalah
Sa'id bin amir Al-jumhi. Umar mengumpulkan masyarakat Himsha dan berkata kepada mereka,

"Wahai penduduk Himsha, bagaimana menurut kalian tentang gubernur yang memimpin tempat kalian ini, yaitu Sa'id?" 
Penduduk Himsha berkata,
"Kami mengadukan empat hal yang suka dilakukan oleh Sa'id. 
 Pertama, dia tidak keluar rumah untuk menemui kami kecuali matahari sudah naik tinggi; Kedua, dia tidak pernah melayani salah seorang diantara kami yang mempunyai keperluan di waktu malam; Ketiga, ada satu hari dalam sebulan yang dirinya tidak menemui kami; Keempat, dia suka jatuh pingsan seolah olah dia sudah meninggal."

         Setelah mendengar pengaduan rakyat Himsha, Umar segera memanggil Sa'id dan mempertemukan dengan masyarakatnya. Umar berkata, "Ya Allah, mudah mudahan pikiranku tidak berubah!" 
Setelah berkata begitu, Umar menanyakan kebenaran kabar yang disampaikan oleh penduduk Himsha kepada Sa'id. Ketika Sa'id mendengar apa yang diadukan oleh rakyatnya, beliau berkata,

"Adapun ketidak keluaranku dari rumah sebelum matahari neik lebih tinggi sebab keluargaku tidak mempunyai pembantu. Saya biasa membuat adonan roti sendiri. Setelah adonan selesai dibuat, saya duduk menuggu sampai adonan tersebut meragi. Baru setelah itu saya mencetak menjadi roti dan mematangkannya. Setelah selesai saya berwudhu dan keluar menemui kalian. Alasan saya tidak meladeni salah seorang diantara kalian di waktu malam. Sebab, saya menjadikan siang untuk rakyat dan malam untuk Allah azza wa jalla. Adapun dalam satu bulan ada sehari dimana saya tidak keluar menemui kalian sebab saya tidak mempunyai pembantu yang memcucikan pakaian. Sementara itu, saya tidak mempunyai pakaian kecuali yang satu satunya ini. Sayalah yang mencuci pakaian ini, lalu mengeringkannya, setelah itu baru saya memakainya kembali dan menemui kalian di waktu sore. Sedangkan tentang seringnya saya terjatuh pingsan seolah olah orang meninggal, penyebabnya sangat mengerikan, yaitu saya pernah menyaksikan saat Khabib bin Adi Al-Anshari disiksa. Saat itu daging tubuh dia dikelupasi sedikit sedikit oleh orang kafir Qurais dan setelahnya dia dibawa kesebuah pohon, lalu diikat di sana, dianiaya dan disiksa supaya dia kafir terhadap  
Muhammad Saw. Ketika itu orang orang Qurais berkata kepada Khabib bin Adi Al-Anshari, 
         "Apakah engkau sudi jika Muhammad , di mana agamanya engkau peluk, keadaannya sama seperti yang kau rasakan sekarang?"
Khabib menolak mereka dan berkata, "Demi Allah, sedikit pun saya tidak rela jari Muhammad tertusuk duri yang menyakitinya. Tidaklah saya mengingat  saat kejadian itu dan pekikan dia semacam itu, sementara saya tidak menolongnya padahal dia dalam keadaan sangat payah dan mengerikan sebab saat itu saya masih dalam musyrik, tidak percaya kepada Allah dan Nabinya, melainkan saya menduga bahwa Allah tidak akan memaafkanku atas dosa semacam itu selamanya. Saat mengingat itulah saya jatuh pingsan dan tidak sadarkan diri."

           Mendengar keterangan dan alasan yang dikemukakan oleh Sa'id, Umar berkata,
"Segala puji milik Allah yang tidak menjadikanku mengubah pikiran semula tentang dirimu (Yaitu Umar dulu menganggap Sa'id sebagai orang yang layak menjadi pemimpin karena keshalehan dan kezuhudannya)."

Entri Populer