Halaman

r

Rabu, 26 September 2012

MEMPERMAINKAN ALLAH

          Manshur bin 'Amar berkata, "Saya mempunyai seorang kawan yang tak henti hentinya melakukan maksiat. Suatu saat dia bertobat. Saya melihatnya banyak melakukan ibadah dan shalat tahajud. Beberapa hari saya kehilangan dia. Saya mendapat kabar bahwa dia sakit. Saya pergi untuk menjenguknya. Saat itu saya disambut oleh putrinya yang bertanya, "Mau menemui siapa?"


"Mau ketemu si Anu!", jawab saya. Saya masuk ke dalam rumah dan mendapati ia berbaring di ruang tengah. Mukanya kelihatan hitam, matanya belalakan, dan bibirnya sangat keras. Saya berkata kepada dia- saat itu saya merasakan rasa takut terhadapnya, "Kawan, perbanyak mengucapkan kalimat La ilaha illallah!" Ia membuka matanya yang merah lalu pingsan. Setelah siuman, saya berkata lagi kepadanya, perbanyaklah mengucapkan kalimat La ilaha illalah!" saya mengucapkan kata tersebut dua kali. Ia membuka matanya lalu berkata, " Wahai Manshur, saudaraku! Kalimat itu telah terhalang terucapkan olehku."

           Mendengar kata kata dia saya spontan bertutur, tidak ada daya dan kekuatan kecuali oleh Allah yang mahaluhur dan mahaagung." Kemudian saya berkata lagi kepadanya, "Kawan, di mana shalat, puasa, tahajud, dan ibadah malammu itu?" Ia menjawab,
"Semua itu saya persembahkan bukan untuk Allah. Tobatku hanya pura pura. Saya melakukan itu semua tiada lain tiada bukan kecuali supaya disebut sebut oleh orang banyak sebagai orang shaleh. Saya melakukan semua itu hanya untuk pamer kepada orang lain. Ketika sedang menyendiri, saya mengunci pintu, merumbaikan tirai rumah, dan saya meneguk minuman memabukkan. Saya menampakkan merbagai maksiat di hadapan tuhanku. Sya melakukan hal tersebut sangat lama. Suatu saat saya tertimpa penyakit yang sangat berbahaya. Saya berkata kepada putriku, Tolong ambilkan Al Qur'an!" setelah Al Qur'an berada di tanganku saya berkata, Ya Allah, demi kebenaran Al Qur'an yang agung ini, berikanlah kesembuhan kepadaku dan saya tidak akan melakukan dosa selamanya." Allah pun memberikan kesembuhan kepadaku. Ketika aku telah sembuh, saya kembali lagi ke kebiasaanku, yaitu mabuk dan melahab kesenangan lainnya. Saya meneruskan kebiasaan berdosa. Tidak lama kemudian saya menderita sakit yang sangat parah dan hampir merenggut nyawaku. Saya meminta keluargaku untuk memindahkanku ke ruangan tengah sebagaimana kebiasaanku kalau sedang sakit. Kemudian saya meminta di ambilkan Al Qur'an, lalu saya membacanya kemudian mengangkatnya. Saya berdoa, "Ya Allah, demi kehormatan yang ada dalam di dalam Al Qur'an yang mulia ini, berupa kalimat Mu, saya meminta engkau memberikan kesembuhan kepadaku," Allah pun mengabulkan doa ku. Tidak beda dengan sebelumnya saya kembali menyantap maksiat. Tidak lama kemudian saya terkena penyakit ini.Saya meminta kepada keluargaku untuk di pindahkan dari kamar ke ruang tengah sebagaimana engkau lihat sekarang. Saya meminta diambilkan Al Qur'an unuk di baca. Namun, aneh sekali, tidak ada satu huruf pun yang tampak di dalam lembaran Al Qur'an tersebut. Saya tahu bahwa Allah Swt. marah kepadaku. Lalu saya mengangkat wajah ke langit sambil berdoa, "Ya Allah, demi kehormatan Al Qur'an ini, berikanlah kesmbuhan kepadaku, Wahai Dzat penggenggam langit dan bumi." Tiba tiba saya mendengarsuara tanpa jirim (hatif)yang berbentuk syair:


                  Engkau bertobat ketika sakit dan kembali kepada dosa ketika sehat
                  Sering sekali kesusahanmu
                  Berkali kali engkau dijauhkan dari petaka yang menimpamu

                  Apakah engkau tidak hawatir kematian datang kepadamu
                  Padahal dirimu dalam dosa yang terus engkau lupakan.

          Manshur bin 'Amar berkata, "Demi Allah, tidaklah saya keluar dari rumahnya sehabis menjenguk, melainkan mataku penuh dengan berbagai pelajaran." Belum juga saya sampai ke pintu rumah, tiba tiba saya mendapat kabar bahwa ia meninggal.
                 
                 

Tidak ada komentar:

Entri Populer