Halaman

r

Kamis, 13 Desember 2012

SINGA PUN MALU

          Seorang raja sedang berada duduk santai di lantai atas istana. Ia memandang ke suatu tempat. Di tempat itu sang raja melihat seorang perempuan yang berada di atas loteng rumahnya. Wanita itu sangat cantik dan menawan. Raja berkata kepada para adipatinya,
"Perempuan di atas loteng itu istri siapa?" Mereka berkata,
     "Istri pelayanmu, Baginda, yaitu si Feruz."
Raja turun dari istana lantai atas dalam keadaan diliputi oleh rasa cinta yang membara pada perempuan itu.

          Tidak lama kemudian raja memanggil pelayannya yang bernama Feruz. "Feruz!" panggil raja.
"Ada apa wahai tuanku?!" Jawab Feruz.
"Ambil surat ini dan bawa ke daerah anu serta tunggu jawabannya!"
Feruz segera menerima surat tersebut dan pulang ke rumahnya. Setibanya di rumah, ia meletakkan surat tersebut di bawah bantal di kamar tidurnya. Ketika hari sudah menjelang fajar, ia segera berkemas untuk pergi. Dan setelah subuh, Feruz pamitan kepada istrinya untuk melakukan perjalanan dalam rangka memenuhi perintah raja. Feruz sama sekali tidak mengerti taktik apa yang di mainkan oleh raja.

          Setelah tahu Feruz telah berangkat, raja pun pergi ke rumah Feruz. Ia mengetuk pintu perlahan lahan. Istri Feruz bertanya dari dalam, "Siapa di luar?"
raja pun menjawab, "Saya sang raja, majikan suamimu". Istri Feruz buru buru membuka pintu dan mempersilahkan raja masuk ke dalam.
Istri Feruz bertanya, "Tidak biasanya saya melihat tuan datang ke rumahku?!"
"Saya datang untuk mengunjunginya" jawab raja.
"Saya memohon lindungan dari Allah atas kunjunganmu seperti ini. Saya pikir kunjunganmu ini tidak mengandung kebaikan sama sekali."
"Lho, sepertinya kamu tidak tahu siapa aku? Saya ini kah raja dan majikan suamimu!" Kata raja.
"O, tentu saja saya tahu sekali, wahai tuanku! engkau adalah raja dan majika suamiku. Namun, apa yang engkau lakukan sama seperti yang digambarkan oleh para penyair tempo dulu."

            Aku akan meninggalkan air kalian
            tanpa akan mengunjunginya
            karena banyak yang mendatanginya
            jika se-ekor lalat jatuh di atas makanan
            tanganku ku angkat
            walaupun nafsuku meng-inginkannya
            singa singa akan menjauhi tempat genangan air
            jia telah dijilat oleh anjing anjin 

"Sebenarnya," kata istri Feruz, "Engkau wahai baginda raja, mendatangi tempat minum anjingmu itu!"

         Mendengar perkataan tersebut sang raja merasa malu. Lalu ia keluar dari rumah Feruz dan meninggalkan wanita itu. Saking terliputi oleh rasa malu, sang raja lupa pada sandalnya sehingga tertinggal di rumah Feruz.

         Adapun Feruz, ketika ia telah pergi dari rumahnya sudah cukup jauh untuk melaksanakan perintah raja, dirinya kehilangan surat itu. Ia menggeledah semua bawaannya namun tidak menemukannya. Tiba tiba ia teringat bahwa surat itu tertinggal di rumah di bawah bantal di kamar tidurnya. Ia segera kembali ke rumahnya. Feruz sampai ke rumahnya tidak terlalu lama setelah sang raja pulang dari rumah itu, di depan rumahnya Feruz menemukan sandal sang raja. Ia tahu ternyata raja mengutus dirinya untuk mengantar surat itu mempunyai niat tidak baik. Feruz tidak banyak bicara dan tidak menampakkan perubahan apapun. Ia masuk ke dalam rumah dan langsung mengambil surat. Setelah surat diambil, dia langsung berangkat untuk memberikan surat kepada orang yang dituju. Setelah itu ia kembali ke kediaman raja dan melaporkan bahwa ia telah menyampaikan surat tersebut serta menyampaikan surat balasannya.

          Setelah Feruz menyampaikan laporan atas tugasnya, sang raja memberikan uang kepadanya sebanyak seratus dinar. Ia pun pergi ke pasar dan membelikan sesuatu yang sangat disenangi oleh istrinya. Feruz membeli hadiah khusus untuk istrinya. Ia segera pulang ke rumahnya untuk menemui istrinya. Setelah mengucapkan salam dan masuk ke dalam rumah, Feruz berkata kepada istrinya.
"Sekarang kamu kunjungi rumah tuanmu!"
"Lho, untuk apa saya harus kesana?" Tanya istrinya dengan nada heran. Feruz berkata,
"Saya mendapat hadiah yang cukup banyak dari raja dan saya ingin kamu memberitahukan kepada keluargamu."
Maka wanita tersebut berangkat menuju ke tempat orang tuanya.

           Sesampainya di rumah orang tuanya, Istri Feruz disambut dengan rasa bahagia oleh mereka. Mereka sangat senang atas apa yang dibawanya. Selama satu bulan istri Feruz berada di tempat orang tuanya. Ia tidak pernah ditanyakan dan di ingat ingat oleh suaminya. Suatu saat adiknya menemui Feruz dan berkata,
"Kalau boleh tahu, apa penyebab kemarahanmu kepada istrimu? Atau kita meminta keputusan kepada raja?"
Feruz menjawab,
"Jika engkau mau mengambil jalan secara hukum, silahkan! Sebab, tidak ada hak dia yang saya langgar!"
Keluarga istri Feruz meminta agar urusannya diselesaikan secara hukum.

           Feruz pergi bersama keluarganya untuk menemui hakim yang saat itu sedang duduk di samping sang raja. Saudara laki laki istri Feruz berkata,
"Tuan hakim, saya menyewakan sebuah kebun kepada orang ini. Kebun itu normal dan memiliki sumur yang berair banyak. Pohon pohon di dalamnya sangat lebar dan berbuah. Ia memakan buah buahnya namun merobohkan pagarnya dan merusak sumurnya."
Hakim berkata,
"Feruz, bagaimana?"
Feruz berkata,
"Pak hakim, benar sekali saya telah menerima kebun tersebut dan menerimanya dengan baik baik"
Hakim bertanya,
"Apakah kebun tersebut diterima olehmu dalam keadaan sepert semula?"
Feruz menjawab,
"Benar sekali. Namun, sekarang saya ingin menjelaskan penyebab diserahkan kembali kebun ini."
Hakim bertanya,
"Apa penyebabnya silahkan kamu kemukakan."
Feruz berkata,
"Pak hakim yang mulia, demi Allah saya tidak mengembalikan kebun ini karena membencinya. Namun, suatu hari saya datang ke kebun itu. Di sana saya menemukan bekas seekor singa. Saya menjadi takut singa itu membenci saya. Maka saya "Mengharamkan" diri  masuk ke dalam kebun ini karena menghormati singa itu."
Saat itu raja sedang duduk sambil bersendar ke kursi. Lalu bangun secara tiba tiba dan berkata, 
"Wahai anak muda, kebalilah engkau ke kebunmu! demi Allah singa itu hanya masuk ke kebun dan tidak melakukan apa apa, tidak sehelai daun pun yang diambil dan tidak ada satu buah pun yang dipetik. Singa itu pun tidak lama berdiam di dalam kebun. Ia keluar tanpa melakukan apapun. Sebab, singa itu tidak pernah menemukan kebun seperti kebun itu. Pagar kebun itu sangat kuat melindungi pohon pohonnya."
Mendengar perkataan raja, Feruz pulang ke rumahnya dan menerima kembali istrinya. Hakim dan yang lainnya tidak paham maksud dan perkataan Feruz dan raja tadi. Mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.


Selasa, 11 Desember 2012

TAUBAT

              Malik bin Dinar adalah seorang laki-laki yang sangat gagah rupawan, gemar bersenang-senang dan memiliki harta berlimpah-limpah. Ia tinggal di daerah Damaskus dimana golongan Mu'awiyah telah membangun sebuah masjid yang besar dan mewah.
Malik ingin sekali diangkat sebagai pengurus masjid tersebut. Pada masa itu, orang yang menjadi pengurus masjid adalah jabatan yang terpandang.


Maka pergilah ia ke masjid tersebut.
Di pojok ruangan masjid dibentangkannya sajadah dan di situlah selama setahun penuh ia melakukan ibadah sambil berharap agar setiap orang akan melihatnya sedang melakukan shalat.

"Alangkah munafiknya aku ini," ia selalu mencerca dirinya sendiri.
Setahun telah berlalu.
Apabila hari telah malam, Malik keluar masjid itu dan pergi bersenang-senang.

Pada suatu malam, ktika ia sedang asyik menikmati musik sementara teman-temannya telah tertidur, tiba-tiba saja dari kecapi yang sedang ia mainkan terdengar suara,
"Hai Malik, mengapakah engkau belum juga bertobat?"
Mendengar kata-kata yang sangat menggetarkan hati ini, Malik segera saja melemparkan kecapinya dan berlari menuju masjid.

Di dalam masjid ia berbicar kepada dirinya sendiri.
"Selama setahun penuh aku menyembah Allah secar munafik. Bukankah lebih baik aku menyembah Allah dengan sepenuh hati? Aku malu. Apa yang harus aku lakukan? Seandainya orang-orang hendak mengangkatku sebagai pengurus masjid aku tidak akan menerimanya. Akhirnya ie melakukan ibadah dengan khusyuk kepada Allah SWT. Pada malam itulah untuk pertama kalinya ia shalat dengan penuh keikhlasan.

Pada keesokan harinya, seperti biasa orang-orang berkumpul di depan masjid.
"Hai, lihatlah dinding masjid telah retak-retak," kata mereka.
"Kita harus mengangkat seorang pengawas untuk memperbaiki masjid ini."

Maka mereka sepakat yang paling tepat menjadi pengawas masjid adalah Malik.
Segera mereka mendatangi Malik yang ketika itu sedang shalat. Sementara Malik sendiri karena saking khusyuknya ia tidak tahu jika beberapa orang sedang menunggunya.
Begitu shalat Malik selesai, mereka berkata,
"Kami datang untuk memintamu agar sudi menerima pengangkatan kami ini."

"Ya Allah...." seru Malik karena terkejut.
"Selama setahun penuh aku menyembah-Mu secara munafik dan tak ada seorang pun yang memandang diriku. Kini setelah aku berikan jiwaku kepada-Mu dan bertekad bahwa aku tidak menginginkan pengangkatan atas diriku, Engkau malah menyuruh 20 orang menghadapku untuk mengalungkan tugas tersebut ke leherku. Demi Kebesaran-Mu, aku tidak menginginkan pengangkatan atas diriku ini."

Malik berlari meninggalkan masjid itu kemudian menyibukkan diri untuk beribadah kepada Allah SWT dan menjalani hidup prihatin serta penuh disiplin.
Ia menjadi seorang yang terhormat dan shalih.

Entri Populer