Halaman

r

Senin, 01 Oktober 2012

KISAH ORANG TUA BIJAK

Pernah ada seorang tua yang hidup di desa kecil.
Meskipun ia miskin, semua orang cemburu kepadanya
karena ia memiliki kuda putih yang sangat gagah. Bahkan raja 
sekalipun menginginkan hartanya itu. Kuda seperti itu belum
pernah dilihat orang, begitu gagah, anggun dan kuat.
 
Orang-orang menawarkan harga amat tinggi untuk kuda
jantan itu, tetapi orang tua itu selalu menolak :
"Kuda ini bukan kuda bagi saya", katanya : "Ia adalah
seperti seseorang. Bagaimana kita dapat menjual
seseorang. Ia adalah sahabat bukan peliharaan. Bagaimana
kita dapat menjual seorang sahabat ?" Meskipun orang tua itu  
miskin, ia tetap tidak menjual kudanya. 

Suatu pagi ia menemukan bahwa kuda itu tidak ada di
kandangnya. Seluruh desa datang menemuinya. 
"Orang tua bodoh", 
mereka mengejeknya : 
"Sudah kami katakan
bahwa seseorang akan mencuri kudamu. Kami peringatkan
bahwa kamu akan di rampok. Anda begitu miskin... Mana
mungkin anda dapat melindungi binatang yang begitu
berharga ? Bukankah lebih baik jika anda  menjualnya?!. 
Anda boleh minta harga berapa saja. Harga setinggi apapun akan
dibayar juga. Sekarang kuda itu hilang dan anda
dikutuk oleh kemalangan". 

Orang tua itu menjawab : 
"Jangan bicara terlalu cepat.
Katakan saja bahwa kuda itu tidak berada di
kandangnya. Itu saja yang kita tahu, selebihnya adalah
penilaian. Apakah saya di kutuk atau tidak, bagaimana
Anda bisa tahu itu ? Bagaimana bisa Anda 
menghakimi ?". 
Orang-orang desa itu protes : 
"Jangan menggambarkan kami sebagai orang bodoh! kami
memang bukan ahli filsafat, tetapi filsafat hebat tidak di
perlukan. Fakta sederhana bahwa kudamu hilang adalah
kutukan". 

Orang tua itu berbicara lagi : 
"Yang saya tahu hanyalah, bahwa kandang itu kosong dan kuda itu pergi.
Selebihnya saya tidak tahu. Apakah itu kutukan ataukah sebuah
berkah, saya tidak tahu.Yang dapat kita lihat
hanyalah sepotong saja. Tak ada seorangpun yang akan tahu apa
yang akan terjadi nanti ?" 
Orang-orang desa tertawa. Menurut mereka orang tua itu
gila. Mereka memang selalu menganggap dia orang tolol 
kalau tidak, ia pasti sudah menjual kuda itu dan hidup dari
uang yang diterimanya. Tapi yang terjadi malah
sebaliknya. Ia adalah seorang tukang
potong kayu yang miskin. Pekerjaan-nya memotong kayu bakar
dan menariknya keluar dari hutan lalu menjualnya. Uang yang
ia terima hanya cukup untuk membeli makanan, tidak
lebih. Hidupnya sengsara sekali. 
Sekarang ia sudah membuktikan bahwa ia betul-betul tolol. 

 Setelah lima belas hari berlalu, kuda itu kembali. Ia tidak di
curi, ia lari ke dalam hutan. Kuda itu tidak hanya kembali,
ia juga membawa sekitar selusin kuda liar bersamanya.
Sekali lagi penduduk desa berkumpul di tempat tukang
potong kayu itu dan mengatakan : 
"Orang tua, kamu benar dan kami salah. 
yang kami anggap kutukan
sebenarnya adalah berkah. Maafkan kami". 

Orang tua itu menjawab: 
"Sekali lagi kalian bertindak
gegabah. Katakan saja bahwa kuda itu sudah kembali.
Katakan saja bahwa selusin kuda ikut serta bersama,
tidak usah menilai. Bagaimana kalian bisa tahu bahwa ini
adalah berkah ? kalian hanya melihat sepotong saja,
tidak seluruh cerita,
bagaimana kalian bisa menilai ? Kalau kalian hanya membaca
satu halaman dari sebuah buku. Dapatkah kalian menilai
seluruh buku? Kalau kalian hanya membaca satu kata dari
sebuah ungkapan. Apakah kalian dapat mengerti seluruh
ungkapan? Hidup ini begitu luas, namun kalian menilai
seluruh hidup berdasarkan satu halaman atau satu
kata.Yang kalian tahu hanyalah sepotong! Jangan terburu buru 
mengatakan itu adalah sebuah berkat. Tidak ada yang tahu. Saya sudah
puas dengan apa yang saya tahu. Saya tidak terganggu
karena apa yang saya tidak tahu".

"Barangkali orang tua itu benar," 
mereka berkata satu kepada yang lain. 
 Jadi mereka tidak banyak berkata-kata. 
Tetapi di dalam hati mereka tahu kalau mereka memang salah. 
Mereka tahu itu adalah berkah. Dua belas kuda
liar pulang bersama satu kuda. Dengan kerja sedikit,
binatang itu dapat dijinakkan dan dilatih, kemudian
dijual untuk mendapatkan banyak uang. 

Orang tua itu mempunyai seorang anak laki-laki. Anak
muda itu mulai menjinakkan kuda-kuda liar itu. Setelah
beberapa hari, ia terjatuh dari salah satu kuda dan
kedua kakinya patah. Sekali lagi orang desa berkumpul
di tempat orang tua itu dan menilai. 
"Kamu benar",
kata mereka, "Kamu sudah membuktikan bahwa kamu benar.
Selusin kuda itu bukan berkah. Mereka adalah kutukan.
Satu-satunya puteramu patah kedua kakinya dan sekarang
dalam usia tuamu kamu tidak ada siapa-siapa untuk
membantumu... Sekarang kamu lebih miskin lagi. Orang
tua itu berbicara lagi : 
"Ya, kalian kesetanan dengan pikiran kalian untuk menilai
dan menghakimi. Jangan keterlaluan.
Katakan saja bahwa anak saya patah kaki. Siapa yang tahu
itu berkah atau kutukan ? Tidak ada yang tahu. Kita
hanya mempunyai sepotong cerita. Hidup ini datang
sepotong-sepotong"

.Maka terjadilah dua minggu kemudian
negeri itu berperang dengan negeri tetangga. Semua
anak muda di desa diminta untuk menjadi tentara. Hanya
anak si orang tua tidak diminta karena ia 
terluka. Sekali lagi orang berkumpul disekitar orang tua
itu sambil menangis dan berteriak karena anak-anak
mereka sudah dipanggil untuk bertempur. Sedikit sekali
kemungkinan mereka akan kembali. Musuh sangat kuat dan
perang itu akan dimenangkan musuh. Mereka tidak akan
melihat anak-anak mereka kembali. "Kamu benar, orang
tua", mereka menangis : "Tuhan tahu, kamu benar. Ini
buktinya. Kecelakaan anakmu 
merupakan berkah. Kakinya patah, tetapi paling tidak
ia ada bersamamu. Anak-anak kami pergi untuk selama-lamanya".

Orang tua itu berbicara lagi : 
"Tidak mungkin untuk
berbicara dengan kalian. Kalian selalu menarik
kesimpulan. Tidak ada yang tahu. Katakan hanya ini :
anak-anak kalian harus pergi berperang, dan anak saya
tidak. Tidak ada yang tahu apakah itu berkah atau
kutukan. Tidak ada yang cukup bijaksana untuk mengetahui.
"Hanya Allah yang tahu".  
 
(http://www.mail-archive.com)

Tidak ada komentar:

Entri Populer