Halaman

r

Sabtu, 20 Oktober 2012

MENOLAK JANDA

      Sebagian orang keturunan 'Alawi singgah di suatu daerah luar Arab.
Di daerah tersebut ia memiliki seorang istri yang masih keturunan 'Alawi dan beberapa anak perempuan. Keluarganya berada dalam kecukupan. Tidak berapa lama dia meninggal dunia sehingga istri dan anak anaknya jatuh pada kemiskinan.

      Suatu hari perempuan tersebut pergi keluar daerah untuk mengungsi
karena khawatir dirinya dan anak anaknya akan mendapatkan perlakuan tidak
baik dari orang jahat dan musuh.Ia memasukkan anak anaknya kedalam sebuah
bangunan bekas masjid yang sudah tidak di gunakan dan kosong. Hala itu Ia
lakukan karena saking dinginnya cuaca saat itu. Setelah memasukkan anak
anaknya kedalam masjid, ia keluar untuk mencari makanan. Saat itu ia
bertemu dengan dua orang laki laki. Salah satunya adalah seorang Muslim yang
merupakan Syekh di daerah. Sedangkan yang satunya lagi adalah laki laki
Majusi yang menjadi kepala daerah. Pertama ia menemui seorang syekh Muslim
dan menceritakan keadaan dirinya. Ia pun menyatakan bahwa dirinya adalah
keturunan 'Alawi yang saat ini sedang membutuhkan makanan. Syekh Muslim
berkata kepadanya, "Kemukakan bukti dan saksi bahwa engkau adalah wanita
"Alawi"!
Ia berkata, "Saya seorang wanita yang sedang merantau. Belum ada seorangpun
yag mengenaliku." Syekh Muslim tersebut berpaling dari wanita itu dan
meninggalkannya karena dia tidak dapat memberikan bukti dan saksi bahwa dirinya
adalah wanita berketurunan 'Alawi. Wanita itu merasa sedih atas perlakuan syekh
Muslim tadi. Lalu ia datang kepada seorang Majusi dan menceritakan tentang
keadaan dirnya. Setelah mendengar kabar tersebut, orang Majusi ini mengutus
salah seorang istrinya untuk membawa anak anak perempuan tersebut ke rumahnya.
Orang Majusi ini memberi makan kepada mereka dengan makanan yang enak.
Selain itu, Ia pun memberikan pakaian yang sangat bagus. Anak anak wanita
tersebut menginap di rumah orang Majusi itu dan mendapat perlakuan yang
sangat ramah.

     Ketika waktu telah masuk tengah malam, syekh Muslim yang menolak wanita
tadi bermimpi seolah olah kiamat telah terjadi. Bendera telah diacungkan di atas
kepala Rasulullah Saw. Dalam mimpi tersebut syekh Muslim tersebut melihat
sebuah gedung yang terbuat dari Zamrud hijau. Gedung ini penuh dengan
rangkain berlian dan yakut. Di dalam bangunan tersebut terdapat beberapa kubah
yang terbuat dari permata dan marfan. Ia bertanya,
"Untuk siapa gedung itu?"
Rasulullah Saw. bersabda, "Untuk orang Muslim yang bertauhid."
Syekh berkata, "Saya ini seorang Muslim yang bertauhid" Rasulullah Saw. berkata,
"Coba engkau kemukakan dalil dan bukti bahwa engkau seorang yang bertauhid."
Syekh Muslim tersebut kelimpungan. Lalu Rasulullah Saw. berkata,
"Ketika engkau didatangi oleh seorang wanita 'Alawi, engkau berkata kepadanya,
'Kemukakan bukti dan saksi bahwa engkau adalah wanita 'Alawi.' Sekarang engkau
buktikan dan tunjukkan bahwa engkau seorang Muslim!"
Ia bangun dari tidurnya dalam keadaan yang sangat sedih karena dirinya
telah menolak wanita tersebut.

     Keesokan harinya laki laki Muslim tersebut berkeliling kampung mencari
untuk mencari wanita itu. Dia menemukan kabar bahwa wanita tersebut berada di rumah
orang Majusi. Datanglah ia ke rumah orang Majusi dan berkata, "Saya bermaksud
mengambil wanita mulia itu dan anak anaknya."
"Tidak akan ku berikan kepadamu!"Kata orang Majusi itu. "Sebab saya telah mendapatkan
berkah dari mereka,"
"Saya bayar seribu dinar dengan syarat engkau menyerahkan mereka kepadaku" kata syekh
Muslim. Si Majusi berkata, "Saya tidak akan menyerahkannya"
Syekh Muslim itu berkata lagi, "engkau mesti menyerahkan mereka kepadaku.!"
Orang Majusi berkata, "Untuk perkara yang engkau inginkan itu saya lebih berhak.
Sedangkan gedung yang engkau lihat dalam mimpimu itu adalah dibuat untukku. Wanita
ini telah menunjukkanku pada Islam. Demi Allah, tidaklah saya tertidur tadi malam
melainkan saya dan keluargaku telah masuk Islam di atas tangan wanita yang mulia ini.
Dalam tidur, saya bermimpi seperti yang engkau mimpikan juga. Rasulullah Saw. berkata
kepadaku, 'benarkah wanita 'Alawi dan anak anaknya iu ada di rumahmu?' saya menjawab,
'Benar, wahai Rasulullah!'
Rasulullah Saw. berkata, "Gedung ini untukmu dan keluargamu.'Engkau dan orang orang
yang ada di rumahmu termasuk ahli surga. Sejak zali engkau telah digariskan untuk
menjadi orang yang beriman kepada Allah."
Mendengar perkataan orang Majusi tadi, Syekh Muslim berpaling dan meninggalkannya
sambil membawa rasa kecewa yang ukurannya tidak terukur kecuali oleh Allah Swt.

      Pembaca yang budiman, renungkan keutamaan dan berkah berbuat baik kepada
janda dan anak anak yatim! Renungkan pula bagaimana karamah yang timbul akibat
perbuatan itu.!

TEKAD KUAT

        Dikisahkan seorang pemuda miskin, demi memenuhi panggilan kerja
yang mendesak dan sesegera mungkin, dia harus menempuh perjalanan
cukup jauh ke luar kota. Dia tahu, mobil tua yang dimiliki sebenarnya
tidak layak digunakan untuk perjalanan jarak jauh, tetapi keadaan
memaksa, sehingga akhirnya diputuskan tetap berangkat dengan mobil
tua tersebut. Di tengah perjalanan yang sepi, senja berselimut kegelapan
tiba diiringi hujan yang turun dengan deras. Tiba-tiba yang dikuatirkan
terjadi juga, setelah beberapa kali terbatuk-batuk, mesin mobil akhirnya
mati.

         Segala usaha yang serba terbatas telah dilakukan, tetapi sia-sia
belaka, mobil tetap diam. Dikelilingi kegelapan malam, hujan dan badai
terasa semakin tidak bersahabat. Selama beberapa jam tidak ada mobil
yang melintas, si pemuda hanya bisa duduk termenung di dalam mobil
meratapi nasibnya. Tiba-tiba.... sekilas terlihat melalui kaca spion,
sorotan lampu mobil mendekat dan berhenti di belakang mobil si
pemuda. Diselimuti perasaan takut tetapi lebih pada rasa gembira, si
pemuda melihat pengendara mobil turun mendatangi jendela mobilnya.
Karena cuaca sangat gelap, hampir-hampir wajah si pengendara tidak
terlihat dengan jelas. "Mesin mobil saya mati!" serunya sambil
menurunkan kaca jendela mobil. Kemudian orang yang tidak dikenal itu
melangkah ke depan mobil dan membuka tutup mesin, mengulurkan
tangannya dan entah apa yang dilakukan, tidak lama kemudian dia
memberi isyarat agar memutar kunci kontak. Alangkah terkejut dan
mengherankan, mesin mobil hidup! Masih dengan rasa keheranan, si
pemuda berseru: "Saya tadinya kuatir, jangan-jangan mobil saya mogok
untuk terakhir kalinya". Orang tidak dikenal itupun menjawab dengan
tegas "Setiap mobil paling sedikit akan hidup sekali lagi bila diberi
perhatian yang semestinya". Tiba-tiba angin mereda, hujan berubah
rintik-rintik. Orang asing itu melanjutkankan perkataannya :
" Prinsip yang sama juga berlaku bagi manusia. Selama masih ada sedikit percikan
api, belum terlambat bagi seorang manusia untuk membuat awal yang
baru ". si pemuda tergesa-gesa mengucapkan banyak terima kasih dan
segera meneruskan sisa perjalanannya dan tiba ditempat yang dituju
dengan selamat.

          Memang, begitu penting sebuah percikan api untuk bisa
menghidupkan mobil, demikian pula di dalam kehidupan manusia,
percikan api bisa diartikan sebagai semangat, hasrat, niat atau tekad.
Bagi setiap manusia, siapapun dia, bagaimanapun keadaannya, selama
masih mempunyai percikan api yang berbentuk TEKAD, maka tiada
kata terlambat untuk memulai sebuah awal yang baru! Kebangkitan
baru! Dan menciptakan kesuksesan baru.!

ANDRIE WONGSO

Jumat, 19 Oktober 2012

SUKSES

         Di sebuah sekolah, seorang guru mendapat pertanyaan dari salah
seorang muridnya yang paling kritis. “Guru, apakah kami semua nanti bisa
sukses?” Sang guru tersenyum mendengar pertanyaan itu. Tak lama, ia
mengeluarkan uang senilai seratus ribu dari kantongnya. “Hayoo, siapa
yang mau uang ini?” Semua anak berebutan mengacungkan

tangannya.
Uang senilai itu bagi mereka sangat besar. Tiba-tiba, sang guru melipatlipat
dan meremas uang itu hingga kucel dan tidak karuan bentuknya. Ia
pun berujar lagi, ”Hayoo, siapa yang mau uang ini?” Walaupun merasa
heran dengan kelakuan gurunya, murid-murid tidak peduli, mereka
kembali mengacungkan jarinya, sambil berteriak ”Saya..saya..saya..”
Semua serempak mengajukan diri untuk mendapatkan uang itu. Melihat
antusiasme muridnya, sang guru kemudian menjatuhkan uang tersebut
ke lantai dan menginjak-injak uang itu hingga kecil, tidak karuan dan
kotor.

            Mendapati gurunya melakukan hal itu pada uang tersebut,
sebagian murid melongo. Mereka tak tahu apa maksudnya sang guru
menginjak-injak uang yang nilainya sangat besar bagi mereka itu. Guru
pun kembali bertanya, ”Hayoo, siapa yang masih menginginkan uang
ini?” Ternyata, meski uang itu menjadi jelek, kumal dan bahkan
bercampur sedikit lumpur yang berasal dari injakan sepatu guru, masih
banyak murid yang antusias mendapatkan uang tersebut. ”Aku
guru..aku..”
”Kalian tetap saja mau dengan uang ini? Kalian tidak
melihat betapa uang ini sangat kucel, jelek, kumal dan bau?” ”Jelek itu
kan hanya bentuknya saja guru. Tetapi saja uang itu nilainya seratus
ribu,” jawab murid-murid yang tetap antusias meminta gurunya
memberikan uang itu. Sang guru pun kemudian berujar, ”Kalian benar.
Meskipun sudah tidak karuan bentuknya, uang itu tetap berharga dan
kalian tetap ingin memilikinya. Nah, jika tadi ada pertanyaan, apakah
semua bisa sukses? Jawabannya sama seperti nilai uang ini. Dalam proses
menuju ke arah kesuksesan, kalian pasti akan mengalami berbagai ujian
dan cobaan, mungkin mengalami jatuh, diinjak, dan dilecehkan.
Walaupun begitu, nilai diri kalian tidak akan berubah. Semua tergantung
kalian sendiri, bisa menjaga nilai yang ada dalam diri kalian atau tidak.
Jika kalian mampu menghargai diri sendiri dan menentukan nilai diri,
dengan keyakinan, kerja keras dan semangat pantang menyerah, maka
sukses pasti kalian dapatkan.”

Tak peduli berbagai ujian, cobaan, halangan, dan tantangan yang menghadang,
jika kita punya satu nilai dalam keyakinan dalam diri, bahwa sukses adalah hak saya, maka jalan
kesuksesan pasti akan selalu terbuka. Karena itu, seberat apapun
perjuangan yang kita lakukan, seganas apapun padang gurun yang kita
harus lewati, setinggi apapun gunung yang akan kita daki, seluas apapun
samudra yang kita seberangi, tetaplah pelihara semangat ”Success is my
right!” Tanamkan dalam diri, dan teruslah bekerja keras untuk
mewujudkan semua mimpi. Harta tak ternilai itu ada dalam diri Anda.
Perjuangkan!!!

ANDRIE WONGSO

Selasa, 16 Oktober 2012

ORANG YANG DIMANDIKAN MALAIKAT

             Penduduk kota Mekah mendadak terbakar kebencian terhadap orang-orang Muslim karena kekalahan mereka di Perang Badar dan terbunuhnya sekian banyak pemimpin dan bangsawan mereka saat itu. Hati mereka membara dibakar keinginan untuk menuntut balas. Bahkan karenanya Quraisy melarang semua penduduk Mekah meratapi para korban di Badr dan tidak perlu terburu-buru menebus para tawanan, agar orang-orang Muslim tidak merasa diatas angin karena tahu kegundahan dan kesedihan hati mereka.
Hingga tibalah saatnya Perang Uhud. Di antara pahlawan perang yang bertempur tanpa mengenal rasa takut pada waktu itu adalah Hanzhalah bin Abu Amir. Ayahnya adalah seorang tabib yang disebut si Fasik.
Hanzhalah baru saja melangsungkan pernikahan. Saat mendengar gemuruh pertempuran, yang saat itu dia masih berada dalam pelukan istrinya, maka dia segera melepaskan pelukan istrinya dan langsung beranjak untuk berjihad. Saat sudah terjun kekancah pertempuran berhadapan dengan pasukan musyrikin, dia menyibak barisan hingga dapat berhadapan langsung dengan komandan pasukan musuh, Abu Sufyan bin Harb. Pada saat itu dia sudah dapat menundukan Abu Sufyan, namun hal itu diketahui oleh Syaddad bin Al-Aswad yang kemudian menikamnya hingga meninggal dunia sebagai syahid.
Tatkala perang usai dimana kaum muslimin menghimpun jasad para syuhada dan akan menguburkannya, mereka kehilangan usungan mayat Hanzhalah. Setelah mencari kesana kemari, mereka mendapatkannya di sebuah gundukan tanah yang masih menyisakan guyuran air disana.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam mengabarkan kepada para shahabatnya bahwa malaikat sedang memandikan jasadnya. Lalu beliau bersabda, "Tanyakan kepada keluarganya, ada apa dengan dirinya?"
Lalu mereka bertanya kepada istrinya, dan dikabarkan tentang keadaannya sedang junub saat berangkat perang. Dari kejadian ini Hanzhalah mendapatkan julukan Ghasilul Malaikat (Orang yang dimandikan malaikat).
 Sirah Nabawiyah, Syeikh Shafiyyur Rahman Al Mubarakfury

Senin, 15 Oktober 2012

OBAT PENYUBUR

        Seorang lelaki mendatangi seorang tabib dan mengeluhkan isterinya yang sudah lama belum juga bisa memberinya keturunan.
Setelah memeriksa denyut jantung si isteri, tabib berkata:
"Kamu tidak memerlukan obat penyubur. Sebab, berdasarkan pemeriksaan denyut jantung, empat puluh hari lagi engkau bakal meninggal."
Si isteri merasa ketakutan sekali mendengar keterangan tabib itu. Ia putus asa menjalani sisa kehidupan yang tinggal sebentar lagi. Akibatnya, ia tidak berselera makan dan minum.
Tetapi, sampai batas waktu empat puluh hari yang dikatakan sang tabib, ternyata ia masih hidup. Merasa penasaran, suaminya lalu menemui si tabib untuk menanyakannya.
"Tabib, isteriku belum meninggal," katanya.
"Aku tahu itu,"jawab tabib. "Bahkan, insya Allah sebentar lagi ia akan mengandung."
Sang suami yang sebenarnya sudah pasrah atas suratan takdir Allah itu menjadi tidak habis pikir dengan keterangan tabib.
"Apa maksud tabib? Bagaimana itu bisa terjadi?" tanyanya penasaran.
"Begini," kata tabib, "Dulu aku lihat istrimu kegemukan, banyak lemak yang mengganggu pada bibir rahimnya. Aku sengaja menakutinya dengan kematian supaya ia bisa kurus. Dan temyata berhasil, sehingga sesuatu yang menyebabkan ia tidak bisa melahirkan menjadi hilang."
 Sumber: al lhya' Ulum al Din, Imam al Ghazali

SURAT UNTUK TUHAN


         Lencho, seorang petani sederhana yang frustasi karena tanaman
jagung dan kacangnya habis digasak badai salju. Saking frustasinya,
akhirnya ia mengirim surat kepada Tuhan karena ia menganggap
hanya Tuhanlah yang bisa menolongnya dari ancaman kelaparan
tahun ini.
"Tuhan", tulisnya. "Kalau engkau tak menolongku, maka aku dan
keluargaku akan kelaparan tahun ini. Aku membutuhkan seratus
peso agar bisa menanami ladangku kembali dan menyambung
hidup sampai datangnya musim panen, karena badai itu...".
Ia lalu menuliskan "Buat Tuhan", di amplop, memasukkan lembar
surat ke dalamnya, dan membawanya ke kantor pos keesokan
harinya dengan tampang seperti seekor jago kalah perang.
Tukang pos yang membaca surat itu terbahak-bahak. Selama
kariernya sebagai pegawai pos, belum pernah tahu ia dimana
alamat Tuhan. Atasannya pun ikut tertawa, tapi segera serius
kembali begitu menyadari penulisnya tentu seseorang yang tebal
imannya kepada Tuhan. Kepala pos yang baik hati itu bermaksud
membalas surat aneh tersebut. Ia pun kemudian merelakan
sebagian gajinya. Sisanya dimintakan kepada anak buahnya
secara sukarela. Lantaran sulit mengumpulkan seratus peso,
maka apa boleh buat, tujuh puluh peso pun jadi. Lumayan buat
menghibur yang lagi duka nestapa.
Minggu berikutnya Lencho datang lagi ke kantor pos, menanyakan
apakah kiriman Tuhan telah sampai. Dengan puas si tukang pos
memberikannya. Lencho, yang begitu yakin akan kemurahan Tuhan,
tak tampak heran. Ketika membuka amplop wajahnya malah
kelihatan  kerut-marut. Ia lalu menulis lagi surat pendek, dan
seperti sebelumnya,  dimasukkannya surat itu ke dalam amplop.
Setelah ditulis alamat Tuhan,  ditempel perangko dan dimasukkan
ke dalam kotak surat, ia pun mencolot pulang. Kepala pos, yang
merasa bangga telah beramal, bergegas membukanya. Dalam
hati ia membaca, "Tuhan, dari jumlah  yang kuminta, hanya tujuh
puluh peso yang sampai di tanganku.  Kirimkanlah sisanya, sebab
aku sangat memerlukannya. Tapi jangan  Kau kirim melalui pos,

AL-BALKHI DAN SI BURUNG PINCANG

         Dikisahkan, pada zaman dahulu hidup seorang yang terkenal dengan kesalehannya, ia bernama al-Balkhi. Ia mempunyai seorang sahabat karib yang bernama Ibrahim bin Adham yang terkenal sebagai orang yang sangat zuhud. Orang orang biasa memanggil Ibrahim bin Adham dengan panggilan Abu Ishak.
Pada suatu hari, al-Balkhi berangkat ke negeri orang untuk keperluan dagang. Sebelum berangkat, tidak ketinggalan ia berpamitan kepada sahabatnya itu. Namun belum lama al-Balkhi meninggalkan tempat itu, tiba-tiba ia datang lagi. Sahabatnya pun menjadi heran, mengapa ia kembali begitu cepat dari yang direncanakannya. Padahal negeri yang ditujunya itu sangat jauh dan memakan waktu yang lama. Ibrahim bin Adham yang saat itu berada di masjid langsung bertanya kepada al-Balkhi, sahabatnya.                           "Wahai al-Balkhi sahabatku, mengapa engkau pulang begitu cepat?"                                                              
"Dalam perjalanan", jawab al-Balkhi, "aku melihat suatu keanehan, sehingga aku memutuskan untuk segera membatalkan perjalanan".
"Keanehan apa yang kamu maksud?" tanya Ibrahim bin Adham penuh rasa penasaran.
"Ketika aku sedang beristirahat di sebuah bangunan yang telah rusak", jawab al-Balkhi menceritakan, "aku memperhatikan seekor burung yang pincang dan buta. Aku pun kemudian bertanya-tanya dalam hati. "Bagaimana burung ini bisa bertahan hidup, padahal ia berada di tempat yang jauh dari teman-temannya, matanya tidak bisa melihat, berjalan pun ia tak bisa".
"Tidak lama kemudian", lanjut al-Balkhi, "ada seekor burung lain yang dengan susah payah menghampirinya sambil membawa makanan untuknya. Seharian penuh aku terus memperhatikan gerak-gerik burung itu. Ternyata ia tak pernah kekurangan makanan, karena ia berulangkali diberi makanan oleh temannya yang sehat".
"Lantas apa hubungannya dengan kepulanganmu?" tanya Ibrahim bin Adham yang belum mengerti maksud kepulangan sahabat karibnya itu dengan segera.
"Maka aku pun berkesimpulan", jawab al-Balkhi seraya bergumam, "bahwa Sang Pemberi Rizki telah memberi rizki yang cukup kepada seekor burung yang pincang lagi buta dan jauh dari teman-temannya. Kalau begitu, Allah Maha Pemberi, tentu akan pula mencukupkan rizkiku sekali pun aku tidak bekerja". Oleh karena itu, aku pun akhirnya memutuskan untuk segera pulang saat itu juga".
Mendengar penuturan sahabatnya itu, Ibrahim bin Adham berkata, "wahai al-Balkhi sahabatku, mengapa engkau memiliki pemikiran serendah itu? Mengapa engkau rela mensejajarkan derajatmu dengan seekor burung pincang lagi buta itu? Mengapa kamu mengikhlaskan dirimu sendiri untuk hidup dari belas kasihan dan bantuan orang lain? Mengapa kamu tidak berpikiran sehat untuk mencoba perilaku burung yang satunya lagi? Ia bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan kebutuhan hidup sahabatnya yang memang tidak mampu bekerja? Apakah kamu tidak tahu, bahwa tangan di atas itu lebih mulia daripada tangan di bawah?"
Al-Balkhi pun langsung menyadari kekhilafannya. Ia baru sadar bahwa dirinya salah dalam mengambil pelajaran dari kedua burung tersebut. Saat itu pulalah ia langsung bangkit dan mohon diri kepada Ibrahim bin Adham seraya berkata, "wahai Abu Ishak, ternyata engkaulah guru kami yang baik". Lalu berangkatlah ia melanjutkan perjalanan dagangnya yang sempat tertunda.

ANAK GADIS PEMERAH SUSU

             Pada masa pemerintahan Umar bin Khaththab hiduplah seorang janda miskin ditemani anak gadis semata wayangnya di sebuah gubuk tua di daerah pinggiran kota Mekah. Keduanya sangat giat beribadah dan giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Setiap pagi, setelah menunaikan salat subuh, keduanya memerah susu kambing di kandang. Penduduk kota Mekah banyak yang menyukai susu kambing wanita itu karena mutunya yang baik.
Pada suatu malam, Khalifah Umar ditemani pengawalnya berkeliling negeri untuk melihat dari dekat keadaan hidup dan kesejahteraan rakyatnya. Setelah beberapa saat berkeliling, sampailah khalifah di pinggiran kota Mekah. Beliau tertarik melihat sebuah gubuk kecil dengan cahaya yang masih tampak dari dalamnya yang menandakan bahwa penghuninya belum tidur. Khalifah turun dari kudanya, lalu mendekati gubuk itu. Samar-samar telinganya mendengar percakapan seorang wanita dengan anaknya.
"Anakku, malam ini kambing kita hanya mengeluarkan susu sedikit sekali. Ini tidak cukup untuk memenuhi permintaan pelanggan kita besok pagi," keluh wanita itu kepada anaknya.
Dengan tersenyum, anak gadisnya yang beranjak dewasa itu menghibur, "Ibu, tidak usah disesali. Inilah rezeki yang diberikan Allah kepada kita hari ini. Semoga besok kambing kita mengeluarkan susu yang lebih banyak lagi."
"Tapi, aku khawatir para pelanggan kita tidak mau membeli susu kepada kita lagi. Bagaimana kalau susu itu kita campur air supaya kelihatan banyak?"
"Jangan, Bu!" gadis itu melarang. "Bagaimanapun kita tidak boleh berbuat curang. Lebih baik kita katakan dengan jujur pada pelanggan bahwa hasil susu hari ini hanya sedikit. Mereka tentu akan memakluminya. Lagi pula kalau ketahuan, kita akan dihukum oleh Khalifah Umar. Percayalah, ketidakjujuran itu akan menyiksa hati."
Dari luar gubuk itu, Khalifah Umar semakin penasaran ingin terus mendengar kelanjutan percakapan antara janda dan anak gadisnya itu.
"Bagaimana mungkin khalifah Umar tahu!" kata janda itu kepada anaknya. "Saat ini beliau sedang tertidur pulas di istananya yang megah tanpa pernah mengalami kesulitan seperti kita ini?"
Melihat ibunya masih tetap bersikeras dengan alasannya, gadis remaja itu tersenyum dengan lembut dan berkata, "Ibu, memang Khalifah tidak melihat apa yang kita lakukan sekarang. Tapi Allah Maha Melihat setiap gerak-gerik makhluknya. Meskipun kita miskin, jangan sampai kita melakukan sesuatu yang dimurkai Allah."
Dari luar gubuk, khalifah tersenyum mendengar ucapan gadis itu. Beliau benar-benar kagum dengan kejujurannya. Ternyata kemiskinan dan himpitan keadaan tidak membuatnya terpengaruh untuk berbuat curang. Setelah itu khalifah mengajak pengawalnya pulang.
Keesokan harinya, Umar memerintahkan beberapa orang untuk menjemput wanita pemerah susu dan anak gadisnya untuk menghadap kepadanya. Beliau ternyata bermaksud menikahkan putranya dengan gadis yang menjunjung tinggi nilai nilai ke jujur itu.

Entri Populer