Pada suatu waktu, seorang yang sangat kaya raya mengajak anaknya untuk melihat kondisi dari sebuah desa miskin yang jauh dari gemerlapnya hiruk pikuk perkotaan. Tujuan-nya untuk memberi pelajaran kepada anaknya tentang betapa sengsaranya manusia yang hidup dalam kemiskinan. Ia berharap kelak anaknya akan termotivasi untuk menjadi pribadi yang sukses karena takut akan betapa susahnya hidup dalam kemiskinan. Anaknya harus sukses dan kaya raya dengan harta berlimpah seperti dirinya.
Sesampainya di desa tujuan, Mereka tinggal beberapa hari di sebuah
daerah pertanian yang amat sangat miskin.
Beberapa hari berselang, sang bapak merasa pelajaran untuk anaknya sudah cukup, dan merekapun bergegas pulang.
Pada perjalanan pulang, si bapak bertanya kepada anaknya.
" Bagaimana menurutmu perjalanan kita kali ini nak?’
Si anak menjawab.
"Wah, sungguh luar biasa Ayah, banyak pelajaran yang bisa ku petik’
" Kau lihatkan, bahkan kau sudah merasakannya, bagaimana kehidupan manusia
dalam kemiskinan!!’
kata ayahnya.
"Oh iya ayah’! kata anaknya.
"Jadi, pelajaran dan hikmah apa yang telah kamu dapat dari perjalanan kita ini?’
tanya ayahnya.
Kemudian si anak menjawab.
"Aku melihat bahwa kita hanya punya satu anjing, tapi mereka punya lima.
Dirumah, kita punya kolam renang yang luasnya sampai ketengah taman kita, tapi
mereka memiliki telaga yang tidak berbatas.
Kita membeli lampu lampu taman kita yang sangat mewah dan mahal diluar negeri,
tapi mereka memiliki bintang-bintang yang terang pada malam hari.
Kita punya patio yang sangat luas sampai ke halaman depan, tapi mereka memiliki cakrawala
secara utuh.
Kita mempinyai sebidang tanah untuk tempat tinggal, tapi mereka mempunyai ladang yang
melampaui pandangan kita.
Kita punya pelayan-pelayan untuk melayani kita, tapi mereka saling melayani sesama.
Kita membeli semua persediaan makanan kita, mereka menumbuhkannya sendiri.
Kita mempunyai tembok tembok besar untuk melindungi diri kita dan kekayaan kita, tapi
mereka memiliki sahabat-sahabat untuk saling melindungi."
Mendengar hal ini, si Bapak tidak sanggup berkata kata.
Kemudian si anak menambahkan
"Terimakasih Ayah, karena telah membuat aku mengerti,
betapa miskinnya kehidupan kita."
Betapa seringnya kita lupa untuk meng-syukuri atas apa yang telah kita miliki. Kita hanya selalu
memikirkan apa yang tidak dan belum kita miliki .
Hal hal yang kita anggap tidak berharga, ternyata merupakan dambaan bagi orang lain. Semua ini
berdasarkan pada cara pandang kita masing masing, dan cara pandang itu berdasarkan kaya atau miskinnya jiwa kita.
BERSYUKURLAH........!!!!!!
Selamat datang...!!! Blog sederhana ini berisi kisah kisah bijak tauladan yang pastinya bisa meng-inspirasi kita untuk lebih bijaksana dalam setiap langkah dan keputusan dalam hidup.!! Semoga bermanfaat....!!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Entri Populer
-
Saat menjelang malam hari di tepi pantai, terlihat para nelayan melakukan kegiatan yakni menangkap kepiting yang biasanya kelua...
-
Seorang anak perempuan berkeluh kesah kepada ayahnya tentang kehidupan yang ia jalani dan bagaimana semuanya terasa sangat berat baginy...
-
W ahab bin Muhabbih berkata, Suatu saat Nabi Isa a.s melakukan perjalanan. Dia ditemani oleh seorang yahudi. Dalam perjalanan tersebu...
-
P ada suatu waktu, seorang yang sangat kaya raya mengajak anaknya untuk melihat kondisi dari sebuah desa miskin yang jauh dari gem...
-
P ada suatu senja seorang tua bersama anaknya yang baru menamatkan pendidikan tinggi duduk bercengkrama di halaman rumah mereka ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar