Halaman

r

Jumat, 18 Januari 2013

ABDULLAH DZIL BIJADAINI

          Ibnu Ka'ab al-Qurthubi berkata, ssungguhnya Abdullah yang dijuluki Dzil Bijadain merupakan orang terpandang di kalangan kabilahnya. Hanya saja hatinya telah tertambat pada Rasulullah dan lebih mencintai keimanan. Kemudian ia pergi menghadap Rasulullah SAW. Mengetahui kejadian ini, Ibu Abdullah pergi menuju pimpinan kabilah dan berkata,
"Sesungguhnya Abdullah telah pergi menemui Muhammad, susullah ia dan bawalah pulang. Ambil pakaian pakaiannya, karena ia sangat pemalu. Jika kalian berhasil mengambil pakaiannya tentu ia tidak akan meneruskan keinginannya."
Kemudian mereka mengambil pakaian Sa'ab dan membiarkannya telanjang. Ia tinggal di dalam rumah tanpa mau makan ataupun minum sebelum ia bertemu Nabi Muhammad Saw.

         Ketika Ibu Abdullah mengetahui anaknya tidak mau makan, ia kembali menemui kaumnya dan memberitahukan bahwa Abdullah bersumpah untuk tidak akan makan dan minum sebelum menemui Muhammad. Ibunya berkata,
"Tolong kembalikan pakaian Abdullah karena aku takut dia mati."

         Mereka enggan memberikan pakaian itu. Maka Ibu Abdullah mengambil  satu lembar kain kotak kotak kasar dan dipotong menjadi dua lembar. Satu lembar diberikan agar dipakai sebagai sarung dan satu lembar lagi untuk penutup kepala. Sang Ibu berkata, "Sekarang pergilah!"
Abdullah pergi menempuh perjalanan dengan mendaki dan menuruni lembah sehingga tiba di kota Madinah. Di kota ini ia belajar Al-Qur'an dan memperdalam agama. Dia dan para sahabat sering pergi dan istirahat di sebuah rumah milik seorang wanita Anshar yang biasa menyediakan makanan dan kebutuhan para sahabat.

          Suatu hari, ada seorang sahabat berkata kepada Abdullah, "Bagaimana pendapatmu sekiranya engkau menikah dengan wanita itu?"
Kemudian ada sahabat yang memberitahukan kepada wanita itu. Serta merta wanita itu berkata,
"Mengapa kamu tidak meninggalkan kebiasaanmu menyebut nyebut namaku, hentikan kebiasaan itu atau jangan lagi kalian datang untuk beristirahat di rumahku!"

           Kejadian ini disampaikan kepada Abu Bakar Ra. Kemudian Abu Bakar mendatangi wanita itu dan berkata, "Wahai Fulanah, telah sampai kabar kepadaku bahwa Abdullah meminangmu, maka terimalah pinangannya. Sesungguhnya ia adalah seorang pemuda yang terpandang di kalangan kaumnya, dia pandai membaca Al-Qur'an dan mempunyai pengetahuan agama yang luas."
Umar Ra. juga datang ke rumah wanita Anshar itu dan menyampaikan hal serupa. Berita inipun sampai kepada Nabi Muhammad Saw.

           Adalah Abdullah, apabila matahari telah terbit ia biasa mengerjakan shalat sunnah sesuai dengan kemampuannya. Kemudian menemui Rasulullah, mengucapkan salam kepada beliau kemudian pergi. Pada suatu hari, setelah Abdullah shalat kemudian menemui Rasulullah Saw, lalu Rasulullah bertanya kepadanya, "Wahai Abdullah bukankah telah sampai kepadaku berita bahwa engkau menyebut Fulanah?"
Abdullah menjawab "Ya."
Nabi berkata, "aku telah menikahkanmu dengannya."
Mendengar sabda Rasulullah demikian itu, Abdullah kemudian mendatangi para sahabatnya dan berkata, "Rasulullah Saw telah menikahkan aku dengan wanita Anshar itu."
Maka istri istri orang Anshar pergi menuju rumah wanita itu untuk mengucapkan selamat dan mempersiapkan acara walimah. mereka menjahit burdah, membuat bantal dari kulit, memasak makanan dan lain lain untuk walimah pada malam hari. Adapun Abdullah, ia bangun untuk mengerjakan shalat, dia tidak menemui wanita Anshar itu dan tidak mendekatinya, hingga Bilal mengumandangkan adzan subuh. Selesai adzan, para istri sahabat pulang ke rumah masing masing, mereka berkata,
"Demi Allah, Abdullah tidak membutuhkan sesuatu pun, dia tidak mendatangi istrinya dan tidak mendekatinya.

           Pada hari itu, Abdullah mengerjakan shalat subuh bersam Rasulullah Saw. Setelah matahari terbit, Abdullah bangkit untuk mengerjakan shalat sunnah sebagaimana biasa dia biasa melakukannya. Kemudian menemui Rasulullah Saw dan mengucapkan salam kepada beliau. Lalu Rasulullah bertanya,
"Tidakkah kau membutuhkan istrimu?"
Abdullah menjawab, "Benar. Tetapi setiap kali aku melihat kenikmatan yang dilimpahkan Allah berupawanita cantik, tempat tidur nyaman, dan makanan yang lezat, aku merasa tidak mendapatkan sesuatu yang  bisa aku pergunakan untuk bertaqarrub kepada Allah selain pedangku. Maka akupun lebih mengutamakan pedangku, aku gunakan untuk berjihad di jalan Allah dan membela Rasulullah, dan aku dahului dengan mengerjakan shalat. Inilah persembahanku kepada istriku wahai Rasulullah."
Kemudian ia berkenan pergi untuk menemui isterinya.

            Ketika berlangsung peperangan Khaibar itu, ia terluka lalu berwasiat, "Aku belum pernah memberi apapun kepada isteriku, maka berikanlah bagianku dari rampasan perang Khaibar kepadanya." Tidak lama kemudian ia menemui ajalnya.

            Dalam suatu riwayat Ibnu Mas'ud berkata, "Ketika itu kami sangat lapar, kemudian pada suatu malam aku keluar, aku melihat ada cahaya berkilau dari kejauhan. Aku berkata pada diriku, aku harus ke tempat itu, mudah mudahan aku mendapatkan makanan di sana. Benar aku sampai di tempat itu. Ternyata ada Rasulullah Saw sedang menggali kubur dan memberikan tanah kepada Abu Bakar dan Umar sementara itu jenasah Abdullah terbaring di dekatnya. Setelah Rasulullah menguburkannya beliau bersabda,
"Ya Allah, sesungguhnya aku meridhainya, maka ridhailah ia."
Rasulullah mengucapkan do'a ini dua atau tiga kali."

Tidak ada komentar:

Entri Populer